Sunday, August 20, 2017

Naskah Drama Kerajaan Majapahit

Di ceritakan di dalam hutan di Bumi Nusantara, seorang Bangsawan bernama Raden Wijaya beserta dengan para prajuritnya sedang mencari lahan untuk mendirikan sebuah kerajaan.
Namun di tengah perjalanannya, Raden Wijaya berkehendak untuk beristirahat.

Raden Wijaya             : Patihku, hari ini matahari bersinar cukup terik, mari kita beristirahat   sejenak di tempat ini!
Patih                            : Baik Baginda. . .
Prajurit sekalian, perjalanan kita hentikan sekejap, Baginda hendak beristirahat, mari kita beristirahat bersama.
Semua prajurit             : Baik Yang Mulia…

Semua prajurit pun beristirahat, sembari beristirahat beberapa prajurit membabat hutan untuk tempat Raden Wijaya beristirah dan ada juga yang mencarikan makanan berupa buah-buahan hutan untuk Raden Wijaya dan untuk yang lainnya.

Prajurit                                    : Maha Patih ini ada sedikit buah-buahan untuk Baginda Raja…
Patih                            : Buah apa yang kau berikan ini, tentu ini buah yang bisa dimakan bukan?
Dan tentu ini tidak buah yang beracun bukan?
Prajurit                        : Tentu saja buah ini tidak beracun maha patih. Ini adalah buah Maja dan   buah ini aman untuk di makan, maha patih
Patih                            : Baiklah kalau begitu
(sambil mengambil buah yang diberikan prajurit, lalu menghadap baginda raja dan mamberikan buah)
Baginda, ini ada sedikit buah Maja untuk baginda makan…
Raden Wijaya             : Oh…, terima kasih patihku, memang aku sedikit lapar!

Raden Wijaya hanya memperhatikan buah maja yang diberikan patihnya dan tak kunjung memakannya

Patih                            : Apakah Baginda tidak menyukai buah Maja yang hamba berikan?
Raden Wijaya             : Bukan begitu Patihku. . .
Buah ini nikmat untuk dimakan jika sudah sedikit tua, jika dimakan seperti ini buah ini terasa sangat pahit!
Namun tunggu dulu, tujuan kita melakukan perjalanan ini adalah untuk mencari lahan untuk kerajaan bukan??
Patih                            : Maaf Baginda, tapi apa hubungannya buah Maja yang pahit dengan tujuan perjalanan kita ini?
Raden Wijaya             : Tiba-tiba dipikiranku terlintas jika kerajaan yang akan kita dirikan ini sudah bisa berdiri dengan tegak dan kokoh, aku ingin menamai kerajaan ini kerajaan Majapahit
Patih                            : Apa yang membuat Baginda memilih nama Majapahit untuk nama kerajaan ini ?

Ternyata buah Maja tersebut terasa pahit dan itu menjadi inspirasi oleh Raden Wijaya untuk memberi nama kerajaannya Majapahit, namun Sang Maha Patih tetap bertanya-tanya akan keputusan Raden Wijaya itu

Raden Wijaya             : Majapahit      (sambil berpikir)
Nama itu ku berikan karena tempat ini yang akan ku jadikan lahan untuk kerajaan, disini terdapat pohon Maja yang terasa pahit. . .

Itulah alasan Raden Wijaya mengapa ia memilih nama Majapahit untuk menjadi nama kerajaannya. Akhirnya kerajaan berdiri dengan nama Majapahit

Raden Wijaya             : Inilah kerajaan yang kita inginkan selama ini, semoga kerajaan ini  menjadi kerajaan yang terbesar dan disegani di Nusantara ini
Semua prajurit             : (bertepuk tangan)

Setelah kerajaan Majapahit berjalan di bawah pemerintahan Raden Wijaya, Raden Wijaya pun memiliki patih yang bernama Ranggalawe dan Lembu Sora. Diceritakan raden Wijaya bersama Patihnya sedang berada di ruang kerajaan

Raden Wijaya             : Wahai patih-patihku… berjanjilah kalian akan setia kepadaku, berbuatlah yang terbaik bagi rakyat Majapahit. Apakah kalian mengerti para patihku??
Ranggalawe dan Sora :  (serentak) Baik, Baginda, kami mengerti…

Usai mengobrol di ruang kerajaan, ternyata Ranggalawe dan Lembu Sora merencanakan sebuah pemberontakan untuk merebut tahta kerajaan dari Raden Wijaya

Ranggalawe                : Temanku, aku tak puas dengan kedudukan yang diberikan Raden Wijaya  padaku, aku pun sudah tidak sabar untuk merebut tahta kerajaan dari Raden Wijaya.
Lembu Sora                 : Benar, aku pun telah siap merebut tahta kerajaan, telah ada banyak prajurit yang akan membantu kita dalam pemberontakan ini..
Ranggalawe dan Sora : Ha…ha…ha  (tertawa dengan keras)

Setelah mereka usai menyusun rencana pemberontakan, mereka pun pergi ke kerajaan untuk menemui Raden Wijaya

Ranggalawe                : Hai..  (dengan keras dan tegas)
Raden Wijaya mengapa kau hanya memberiku kedudukan seperti ini????
Tak ingatkah kau, dulu kita bersama-sama berjuang untuk mendirikan kerajaan ini!!!
Lembu Sora                 : Benar, mengapa kau tak adil seperti ini, kau memang manusia tidak tau  terimakasih!!!
Raden Wijaya             : Apa…!(dengan keras)
Kalian mengaku ikut berjuang untuk kerajaan ini??
Kalian jangan mengaku-ngaku seperti itu!!
Yang berjuang untuk kerajaan ini adalah para pekerja yang dengan  sukarela bersedia membangun kerajaan ini dan para prajuritku yang membantuku!!

Akhirnya pertarungan pun tak dapat dihindari. Akhir dari pertentangan itu adalah sebuah pertarungan yang mengakibatkan Raden Wijaya meninggal, dan untuk menghormati Raden Wijaya dibuatlah patung dalam bentuk Dewa Wisnu dan Siwa. Raden Wijaya pun digantikan oleh Jayanegara

Jayanegara                   : Wahai rakyatku, aku adalah Jayanegara!!
Raja Majapahit, pengganti Raden Wijaya ayahku!! Ha..ha..ha..

Saat masa awal pemerintahan Jayanegara, ia mulai dihasut oleh Mahapatihnya yang licik

Saat di ruang kerajaan
Mahapatih                   : Baginda… Baginda  (masuk tergesa-gesa)
Jayanegara                   : Ada apa Mahapatih, kenapa kau terlihat cemas??
Mahapatih                   : Sepertinya keadaan di kerajaan semakin gawat Baginda..
Jayanegara                   : Memangnya ada kejadian apa, keadaan ku lihat baik-baik saja…
Mahapatih                   : Kau tidak tahu Baginda, banyak pejabat yang ingin menghianatimu Baginda, mereka harus di hukum mati..           (marah)
Jayanegara                   : Apa??? Kalau begitu kau harus segera bertindak, cepat bereskan mereka semua, Mahapatih!!!
Mahapatih                   : Baik Baginda                  ( sambil tersenyum licik )

Seiring dengan berjalannya waktu, Mahapatih terus menghasut Jayanegara. Namun pada akhirnya, Jayanegara sadar akan kesalahannya mempercayai begitu saja sang Mahapatih. Akhirnya Jayanegara memutuskan untuk menghukum mati Mahapatih tersebut.

Jayanegara                   : Dasar kau licik Mahapatih, kau menghasutku demi mendapatkan tahta kerajaan    (marah)
Mahapatih                   : Maafkan hamba Baginda raja….   (memelas)

Setelah Mahapatih tersebut di hukum mati, kondisi kerajaan mulai normal. Namun tidak disangka, Jayanegara bermain intrik dengan istri seorang tabib yang bernama tabib Tanca. Tanpa sepengetahuan Jayanegara, tabib Tanca ternyata telah mengetahui hal tersebut. Hingga pada akhirnya, pada malam saat semua telah terlelap, tabib Tanca memasuki kamar Jayanegara.

Jayanegara                   : Hai Tanca, ada apa gerangan malam-malam kau ada di kamarku??
Tanca                           : Tak usah berpura-pura, aku telah mengetahui keburukanmu, kau telah berselingkuh dengan istriku, aku sudah tidak tahan dengan semua ini Jayanegara!!
Jayanegara                   : Hah.. kau sudah tahu akan hal itu, maafkan aku Tanca, aku telah membohongimu..
Tanca                           : Aku tak bisa memaafkanmu Jayanegara,. Kini telah saatnya aku membunuhmu bersiaplah untuk mati Jayanegara!!   (sambil menusuk Jayanegara)

Setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi, Jayanegara digantikan oleh sepupunya Tribhuwanatunggadewi Jayawardhani. Di dalam masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan, salah satunya adalah pemberontakan di Sadeng dan Kuti tahun 1331, pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.


Tribhuwana                 : Gajah Mada, kau telah berhasil membantuku dalam   pemberontakan di Sadeng dan Kuti, aku sangat barterimakasih kepadamu, dan berkat pengabdianmu terhadap kerajaan, aku mengangkatmu menjadi Patih Mangkubumi
Gajah Mada                : Baginda, sungguhkah engkau menganugrahiku gelar Patih Mangkubumi?
Tribhuwana                 : Tentu saja, engkau pantas mendapatkannya sebagai buah dari pengabdianmu
Gajah Mada                : Terima kasih yang mulia, karena Yang Mulia telah menganugerahiku gelar terhormat tersebut, maka aku berjanji di hadapan para pembesar kerajaan, aku tidak akan Amukti Palapa sebelum dapat menundukan seluruh Nusantara

Setelah Gajah Mada mengucapkan janjinya, langkah pertama yang dilakukannya adalah dengan menundukan Bali pada tahun 1343 dan dilanjutkan dengan menaklukan seluruh wilayah Nusantara pada masa pemerintahan Hayam Wuruk

Hayam Wuruk           : hai.. Gajah Mada, kau memang seorang Patih yang sangat hebat,    kau dapat menalukan Nusantaradengan Sumpah Palapamu
Gajah Mada               : Terima kasih Baginda, karena engkau telah membantuku, tanpamu juga aku tak akan bisa memperoleh ini semua

Pada masa pemerintahan Hayam wuruk, terjadi peristiwa Bubat. Peristiwa ini terjadi di ibukota Majapahit, tepatnya di sebuah lapangan luas. Awalnya ini adalah sebuah tipu muslihat Gajah Mada untuk menundukkan kerajaan Sunda Padjajaran. Gajah Mada telah berhasil mendatangkan Raja Sunda, Sri Baduga Maharaja dan putrinya, Dyah Pitaloka

Hayam Wuruk           :  Mahapatihku, ku kira usiaku kini sudah cukup dewasa, melihat putri dari Sri Baduga Maharaja, aku ingin meminangnya, ini akan mempererat hubungan kerajaan kita dengan kerajaan Sunda Padjajaran.
Gajah Mada               : Tidak Baginda, hamba akan menjodohkan Baginda dengan Dyah Pitaloka, namun perjodohan ini kita gunakan sebagai tipu muslihatagar kerajaan Sunda Padjajaran mau mengakui kedaulatan kita. Bagaimana, apakah Baginda setuju??
Hayam Wuruk           : Baiklah Mahapatihku, ku rasa itu ide yang bagus, ku serahkan padamu urusan itu!

Di lapangan luas, saat Gajah Mada dan Sri Baduga Maharaja dipertemukan…

Gajah Mada               : Hai.. kau Sri Baduga, Rajaku Hayam Wuruk ingin meminang putrimu, namun kau harus mengakui kedaulatan Majapahit, apa kau setuju??
Sri Baduga                 : Aku tidak setuju, aku tidak mau putriku menjadi permainan politikmu!!
Gajah Mada               : Dasar kau!! Jika kau tidak ingn prajuritmu gugur dan terjadi peperangan, lebih baik kau terima penawaran ini, apa kau mengerti!!

Tiba-tiba dari kejauhan datang Dyah Pitaloka

Dyah Pitaloka            : (sambil berlari) tidak!!! Aku akan setia pada kerajaan, aku tidak akan mau menikah dengan rajamu!!
Gajah Mada               : Jika itu maumu, akan terjadi peperangan besar di tempat ini, kau salah bila tak mau menerima penawaranku. Menikahlah dengan rajaku!!
Dyah Pitaloka            : Aku tetap tidak mau, aku tak mau hidup bersama rajamu, lebih baik aku mati daripada harus mengakui kedaulatan kerajaanmu!!! Aku tidak sudi, aku akan membunuh diriku sebagai tanda aku akan tetap setia pada kerajaanku.
Sri Baduga                 : Jangan anakku!! Ayah tidak ingin kau mati, terimalah perjodohan itu, ayah rela anakku…
Dyah Pitaloka            : Tidak ayah… maafkan aku    (sambil menusuk tubuhnya sendiri dengan pedang)

Sri Baduga tidak dapat menghalangi keinginan putrinya, dan Dyah Pitaloka pun mati. Terjadilah sebuah peperangan besaryang melibatkan 2 kerajaan tersebut yang dikenal dengan peristiwa Bubat. Setelah peristiwa Bubat, Mahapatih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut.

Hayam Wuruk             : Patihku, terima kasih selama ini kau telah mengabdi pada kerajaan, jasamu akan dicatat oleh sejarah. Walaupun kini kau sudah tak menjadi patihku lagi..
Gajah Mada                : (sambil mengangguk) saya akan tetap dan selalu berjuang demi kerajaaan Majapahit, Baginda…

Setelah beberapa lama Majapahit berjaya, ternyata tibalah masa keruntuhannya

Hayam Wuruk             : Mengapa seluruh peganganku dalam menjalankan kerajaan ini hilang seiring dengan berjalannya waktu???

Karena kematian Gajah Mada dan ibunya Tribhuwanatunggadewi, hayam Wuruk kehilangan penasehatnya dan menyebabkan kerajaan menjadi gunjang ganjing. Persaingan dan intrik politik diantara keluarga kerajaan pun terjadi setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389

Bhre Wirabhumi                      : Wardhani, kaulah yang pantas untuk menjadi raja, bukan suami mu itu!! Dia tak pantas menjadi raja!!
Wardhani                                : Kak, bukan maksudku untuk tidak menjadi raja, namun aku tidak siap menjadi raja dari kerajaan ini, kak
Bhre Wirabhumi                      : Apa..?? kau tidak siap??
Kau siap menjadi raja jika kau mau, karena ini memang hak mu, bukan suami mu!!
Wardhana                                : Istriku, jika memang kau tidak siap menjadi raja, aku siap menggantikanmu.
Bhre Wirabhumi                      : Apa?? Kau bangga sekali mengatakan itu.. bila kau menjadi raja, ku yakin kerajaan ini akan runtuh!!!

Kemarahan Bhre Wirabhui semakin tak terbendung lagi setelah Wikramawardhana menyerahkan kekuasaannya pada Suhita anaknya, dan akhirnya terjadilah peperangan diantara mereka yang disebut perang Paregreg yang mengakibatkan terbunuhnya Wirabhumi dan secara tidak langsung menyebabkan semakin melemahnya kerajaan Majapahit serta  timbullah benih balas dendam di kalangan keluarga kerajaan.
Dengan melemahnya kerajaanMajapahit, terjadilah penyerangan oleh pasukan Kerajaan Islam Demak pimpinan Raden Patah yang menyebabkan keruntuhan Majapahit.

Raden Patah                : Runtuhkanlah Majapahit!!!
Prajurit                                    : Hyaaaat……!!!!!

No comments:

Post a Comment

Night Mode