Saturday, October 13, 2018

RESENSI BUKU Dari Puncak ANDALUSIA

RESENSI BUKU Dari Puncak ANDALUSIAJudul buku            : Dari Puncak ANDALUSIA
Penulis                  : DR. TARIQ SUWAIDAN
Penerbit                : Zaman
Penerjamah           : Zainal Arifin
Penyunting            : Chairul Ahmad
Pembaca proof     : Arif Sarwani
Pewajah isi           : Nur Aly
Desainer sampul   : Altha Rivan
Cetakan 1             : 2015
Jumlah halaman     : 720
Terbit                    : Februari 2015 

Sinopsis :
Sebelum bernama Spanyol,dulunya daerah ini bernama Andalusia.Tepatnya pada tahun 92 H/711 M,pasukan muslim mulai masuk ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.Peperangan dan perjanjian dilalui.Perang  penaklukkan antara pasukan Muslim dengan kaum Vandal dan Visigoth.Kaum Vandal menguasai Spanyol sejak abad 5-10 M.Sedangkagn Kaum Visigoth yang berasal dari Jerman menguasai selama 3 abad hingga permulaan abad ke 16 M.Dari mana kaum Vandal kemudian daerah yang kini bernama Spanyol dinamakan Vandalusia,kemudian orang Arab menyebutnya Andalusia. Setelah berakhirnya Dinasti Umayyah di Timur,kaum Umayyah terus diburu oleh Bani Abbasiyah yang naik takhta.Pelarian Kaum Umayyah inilah yang kemudian Berjaya di Eropa. Mereka mendirikan kelanjutan Khilafah Umayyah di Andalusia dan menerangi Eropa yang sebelumnya gelap gulita. Orang yang berperan dalam hal ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil . Kepemimpinan Khilafah Umayyah di Andalusia terus berlanjut hingga masa pimpinan Abdurrahman al-Nashir. Di bawah kepemimpinannya Andalusia mencapai zaman keemasannya. Abdurrahman al-Nashir mampu menstabilkan situasi dan kondisi Andalusia. Setelah itu dia mengokohkan pilar-pilar pemerintahan agar dinastinya berdiri kuat.

Ada enam raihan prestasi puncak peradaban Andalusia di bawah kepemimpinan Abdurrahman al-Nashir. Pertama prestasi dalam sisi politik. Banyak delegasi-delegasi negara lain yang berdatangan ke Kordoba untuk menjalin hubungan baik dan kerja sama politik dengan Andalusia. Seperti Bizantium Timur (Konstantinopel). Kedua, prestasi dari sisi sosial. Rakyat bisa menikmati beragam makanan, pakaian, nyanyian dan musik. Rakyat Andalusia menjadi senang berpesta pora. Orang yang membawa kebiasaan tersebut adalah Zaryab. Sayangnya, karena hal ini rakyat Andalusia menjadi lalai. Mereka banyak yang lupa bahkan jauh dari Islam. Banyak ulama yang mencoba memerangi hal ini agar Andalusia tidak menjadi lemah dan jatuh, seperti al-Mundzir bin Sa’id al-Baluthi . Ketiga, prestasi dalam pembangunan infrastruktur. Kordoba pada saat itu adalah kota yang besar dan penduduknya mencapai angka setengah juta jiwa. Selain Baghdad, tidak ada kota lain yang lebih besar dari itu. Untuk menampung masyarakat Kordoba, dibangunlah ada 13 ribu unit rumah dan didirikan juga 3.000 masjid. Keempat, prestasi dalam administrasi pemerintahan. Abdurrahman al-Nashir membagi Kordoba menjadi 28 distrik. Penugasan apparat kepolisian dibagi dua waktu, malam dan siang hari. Penugasannya juga berbeda, seperti mengawasi dan mengawal pedagang. Sistem peradilan juga mendapat perhatian dari Abdurrahman al-Nashir. Dibuatlah syarat bagi calon pejabat peradilan, semua etnis boleh menjadi menjadi pejabat peradilan, tidak hanya orang Arab. Abdurrahman al-Nashir tidak menyukai fanatisme dan nepotisme. Kelima, prestasi dari sisi ekonomi. Di bawah kepimpinan Abdurrahman al-Nashir bidang pertanian berkembang pesat. Berbagai tanaman buah-buahan tumbuh subur, seperti tebu, padi, zaitun, dan delima. Pada masa inilah juga dibuat kalender pertanian untuk setiap musim yang kemudian diadopsi oleh Eropa .

Terakhir prestasi dari sisi budaya. Al-Nashir dikenal mencintai ilmu dan ulama. Ada 70 perpustakaan di Andalusia, dan setiap perpustakaan ada 400 judul buku. Di Kordoba, al-Nashir mendirikan 27 sekolah gratis bagi kalangan miskin dan jelata. Ada banyak ulama yang masyhur kala itu salah satunya adalah al-Qadhi Abdullah Muhammad bin Muhammad, yang menimba ilmu dari 236 syaikh.

Dengan prestasi gemilang di atas, tak heran jika Andalusia disebut sebagai mutiara dunia (halaman 277). Andalusia telah menorehkan sejarah yang sangat berperan atas terbentuknya peradaban Eropa saat ini. Dalam buku  720 halaman ini DR. Tariq tidak hanya menulis masa kejayaan Umat Islam di Andalusia, tetapi juga menulis masa-masa akhir yang terpuruk. Sebuah buku yang menarik, karena menginspirasi dan sarat perenungan.

ALIYATUL FITRIPROFIL PERESENSI

Nama               : ALIYATUL FITRI
Kelas               : X IPS 3
No. absen        : 03
Sekolah           : SMA Negeri 1 Brebes

RESENSI Runtuhnya Hindia Belanda

RESENSI Runtuhnya Hindia Belanda
Judul buku     : Runtuhnya Hindia Belanda 
Penulis           : Onghokham
Penerbit         : PT Gramedi Jakarta 
Tebal Buku    : 291 Halaman 

Sinopsis : Saya memilih untuk menulis resensi “runtuhnya hindia belanda” karena buku tersebut adalah skripsinya saat dia menjadi mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia. Onghokham menggunakan paradigma historiografi kolonial—penulisan sejarah yang dilihat dari sudut “nederlandocentris”—bukan penulisan sejarah indonesia dari sudut indonesia centris yang lebih sering digunakan. Didalamnya banyak sekali info (fakta) sejarah yang (hampir) tidak pernah dibicarakan dalam pelajaran sejarah, seharusnya buku ini jadi bacaan wajib para pelajar Indonesia. Bagian terakhir dari buku ini sangat sangat sangat menarik karena Onghokham memberikan kronologi hari-hari terakhir pemerintah hindia belanda berkuasa dengan gaya bercerita yang dramatis.

Salah satu hal yang saya ketahui bahwa indonesia dijajah belanda bukan selama 3,5 abad tetapi sekitar seratus tahun lebih, indonesia secara resmi dijajah pemerintah hindia belanda tahun 1930 (pemberlakuan taman paksa oleh gubernur jenderal van de bosch) sampai tahun 1942—pemerintah hindia belanda menyerah kepada jepang. Namun menurut Onghokham, sejak 1942, indonesia dapat dikatakan selalu dalam keadaan “vivere pericoloso” atau transisi, revolusi, perang saudara, konfrontasi dengan belanda tentang irian, inflasi, konfiskasi milik belanda yang berarti pengambilalihan ekonomi kolonial ke tangan indonesia dengan segala akibatnya, seperti inflasi, pemotongan uang (sanering) dan lain sebagainya. Keadaan ini mungkin akan berlaku sampai 1972 (oil boom prices).

Buku ini secara jelas banyak membahas mengenai menyerahnya belanda kepada Jepang pada bulan Maret 1942 teah dianggap sebagai titik terakhir dari kekuasaan kolonialnya di Indonesia yang telah berlangsung selama tiga abad. Namun tanpa peristiwa itu pun, sesungguhnya awal dari proses runtuhnya kekuasaan colonial Belanda di Indonesia telah Nampak sejak permulaan abad ini ketika benih-benih nasionalisme Indonesia modern mulai menampakkan dirinya. Proses itu makin nyata pada pertengahan tahun 1920-an hingga awal tahun 1940-an dengan munculnya aspirasi dan gerakan-gerakan nasionalis yang dengan tegas menuntut kemerdekaan Indonesia. Situasi Internasional yang ditandai oleh Perang Dunia II, melalui dimana Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia selama tiga setengah tahun, hanyalah merupakan factor yang mempercepat proses keruntuhan tersebut yang sudah berakar jauh sebelumnya.

Dalam buku ini, DR. Onghokham menguraikan proses tersebut dengan menganalisis berbagai factor yang mempengaruhinya, baik factor dalam negeri Indonesia maupun factor-faktor Internasional, termasuk juga perkmbangan politik di Negeri Belanda Sendiri.

Kekayaan informasi dan analisis kritis yang terkandung didalamnya, membuat buku ini perlu dibaca oleh mereka-mereka yang ingin mempelajari seuatu periode yang sangat menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia.

Kekurangan : Yang menjadi kelemahan dalam buku ini adalah tidak ada pengantar dari orang ahli untuk menjelaskan secara singkat mengenai isi dari buku ini.     

Kelebihan : Yang menjadi kekuatan dari buku ini adalah buku ini memang memusatkan perhatian pada masa-masa akhir dari kekuasaan Belanda di Indonesia yaitu menjelang Perang Dunia Kedua hingga saat menyerahnya Belanda kepada Jepang di Indonesia pada bulan Maret 1942, namun sebagai latar belakang diuraikan juga situasi di Hindia Belanda sejak permulaan abad 1920 hingga akhir tahun 1930-an. Sehingga bisa memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai munculnya aspirasi-aspirasi nasionalisme Indonesia dan gerakan-gerakan nasional tahun 1920-an dan 1930-an guna mewujudkan aspirasi tersebut serta baimana “reaksi” pemerintah Hindia Belanda menghadapinya.
Kekuatan lainya adalah buku ini dilengkapi oleh gambar-gambar.


PROFIL PERESENSI
Saskia Paramitha Nugrahaeni









Nama        : Saskia Paramitha Nugrahaeni
No.Absen : 31
Kelas        : X IPS 3
Sekolah    : Sma Negeri 1 Brebes

RESENSI NOVEL SEJARAH : AROK DEDES

RESENSI NOVEL SEJARAH : AROK DEDES➢ Judul         : Arok Dedes 
➢ Penulis     : Pramoedya Ananta Toer 
➢ Penerbit   : Lentera Dipantara (Jakarta) 
➢ Ketebalan: 578 
➢ Peresensi : Putri Aulia Lafifa 
                      Vindy Mitavianna

➢ Sinopsis  : Novel ini mencoba memberikan suatu perspektif pandang baru terhadap sejarah dengan menggambarkan Ken Arok bukan hanya seorang berandalan pemberontak, seperti yang banyak dikatakan buku pelajaran sejarah, tetapi disini diceritakan bahwa Ken Arok adalah seorang pemimpin rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan yang menindas. Novel ini juga menggambarkan kondisi pemberontakan yang terjadi di dalam suatu negara atau kerajaan yang sarat dengan intrik politik.  

➢ Kelebihan: Yang menarik dari roman ini adalah kecerdasan penulis dalam mengangkat kompleksitas permasalahan dengan lancar, mengalir dan membangun suasana. Dimulai dari latar belakang Arok, seorang sudra yang tidak jelas asal usulnya namun menjelma jadi seorang Ksatria dan Brahmana sekaligus. Arok juga merupakan perpaduan yang unikantara penganut Shiwa, Wisnu dan Budha, karena dalam perjalanan hidupnya dia belajar dari beberapa guru yang berbeda keyakinan.  

➢ Kekurangan: Plot cerita Arok Dedes Pramoedya jauh berbeda dengan kisah pembuatan keris oleh empu Gandring yang memakan korban sampai tujuh turunan. 
Night Mode