Wednesday, December 26, 2018

RESENSI Buku Presiden Prawiranegara (Kisah 207 Hari Syafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia)

Judul               :  Presiden Prawiranegara
                          Kisah 207 Hari Syafruddin
                          Prawiranegara
                          Memimpin Indonesia
Penulis             : Akmal Nasery Basral
No. ISBN          : 9789794336137
Penerbit           : Mizan
Tanggal terbit   : Maret – 2011
Tebal buku         : 400
Kategori          : Memoar

RESENSI Buku Presiden Prawiranegara (Kisah 207 Hari Syafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia)Walau hanya sesaat, seorang presiden tetaplah sosok yang pernah memimpin bangsa ini! Untuk itu , sosok Syafruddin Prawiranegara  seyogyanya dikenang dan dihormati. Banyak yang tidak mengenal sosoknya, apalagi kaum muda saat ini. Padahal  beliau sangat berjasa bagi bangsa kita, dari sisi pemerintahan dan ekonomi.

Buku ini berisi cerita yang dituturkan oleh seorang anak pribumi bernama Kamil Koto. Sungguh beruntung dia. Walau sebentar, ia sempat berada dekat bahkan memijat salah satu putra bangsa kita,  Presiden Syafruddin Prawiranegara.  Dengan  mengharukan,  Kamil Koto  berbagi kisah  seputar Presiden Syafruddin Prawiranegara, yang selama 207 hari  menjadi nahkota bagi republik ini.  Sebuah perjuangan yang mungkin terlupakan, namun sangat penting bagi kelangsungan bangsa ini.

Dalam buku  ini peristiwa berdirinya PDRI teruraikan  dengan detail. Sejak  kedatangan Bung Hatta pada November 1948 ke rumah Syafrudin Prawiranegara di Jogya yang menugaskan Syafruddin untuk berangkat ke Bukittinggi sesuai dengan kapasitasnya selaku Menteri Kemakmuran. Saat itu hanya Yogya, Bukittinggi, dan Aceh yang bukan merupakan bagian negara federal bentukan Van Mook. Jadi tiga tempat itulah yang merupakan benteng pertahanan Republik. Pada 19 Desember 1948  terjadi Agresi Militer II. Bung Karno dan Bung Hatta  mengantisipasi jika mereka tertangkap dengan membuat rencana untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera yang akan dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara.

Dua buah kawat yang memberikan mandat kepada Syafruddin untuk membentuk pemerintahan darurat segera dibuat untuk dikirimkan, satu ditujukan kepada Mr. Syafrudin, dan satu lagi untuk Drs, Sudarsono selaku dubes RI di India dan Mr Alex Maramis selaku menteri Keuangan yang saat itu sedang bertugas di New Delhi.  Tapi apa mau  kantor Pos & Telegram serta RRI sudah dikuasai Belanda. Sehingga  kedua kawat tersebut tak sempat terkirimkan

PDRI ini sngkatan dari Pemerintah Darurat Republik Indonesia, dideklarasikan untuk melanjutkan pemerintahan Republik Indonesia setelah Bung Karno dan Bung Hatta ditangkap tentara Belanda beberapa hari lalu di Yogyakarta. Para pejuang terbaik bangsa kita memutuskan bahwa pemerintahan harus dilanjutkan meskipun dari tempat terasing seperti kebun teh ini.

Situasi di Bukittinggi  juga kian  membahayakan. Belanda nyaris berhasil menguasai kota.  PDRI sepakat untuk membumihanguskan kota itu sedangkan Syafruddin dan seluruh pimpinan PDRI mengungsi ke sebuah tempat terpencil di tengah rimba Sumatera. Guna  menjalankan pemerintahan. Selama dalam pengungsian pemerintahan tetap berjalan dengan melakukan banyak koordinasi melalui  Radio AURI

Sosok Kamil Koto, tidak  saja mengajak kita mengikuti tapak tilas perjuangan para putra terbaik bangsa kita, namun juga pergolakan bathin para anak manusia serta metamorfosis seorang preman pasar menjadi pejuang dan pengusaha sukses. Bagaimana  pengorbanan tanpa pamrih dilakukan dengan  nekat kuat demi sebuah  tujuan mulia, KEMERDEKAAN!

Kita memang mendapat banyak hal dari buku ini, selain peristiwa sejarah yang nyaris dilupakan. Saat sekolah, saya hanya tahu Peristiwa Bandung Lautan Api dan Agresi Militer Belanda. Melalui buku ini, saya jadi tahu ada pembumihangusan Bukittinggi. Juga bagaimana peristiwa Agresi Militer Belanda dengan lebih lengkap,serta tak ketinggalan kisah bagaimana perjuangan Jendral Besar Sudirman memimpin gerilya dari atas tandu yang legendaris.

Kisah mengenai Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mengendarai mobil menjemput Bung Hatta membuat saya terseyum. Wajar jika Bung Hatta terkejut! Status Sultan adalah sebagai raja sedangkan mereka adalah tamu. Dan biasanya seorang raja tidak mengendarai mobilnya sendiri apalagi saat itu situasi sedang genting.

Bonus kisah bagaimana  sempat terjadi keributan kecil antara pemimpin bangsa kita, menunjukkan betapa kuatnya tekanan yang harus mereka hadapi. Biar bagaimana mereka juga manusia biasa yang kadang kesal dan punya amarah. Hanya tekat kuat dan semangat lah yang bsai mempersatukan mereka

 Selama era kemerdekaan, Sjafruddin pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Saat menjabat sebagai  Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta pada 10 Maret  1950 , beliau mengeluarkan  kebijakan yang dikenal dengan nama Gunting Sjafruddin . Kebijakan itu berupa memotong uang bernilai Rp 5 lebih hingga separuh.

Menurut kebijakan itu, "uang merah" (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9 Agustus pukul 18.00.

Mulai 22 Maret - 16 April, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Lewat tanggal tersebut, maka bagian kiri itu dianggap tidak berlaku lagi. Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar empat puluh tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. Kebijakan ini juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia).

Sjafruddin menjadi Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama tahun 1951. setelah sebelumnya menjabat sebagai  Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir.  Bersama Oei Beng To, beliau  menulis buku Sejarah Moneter
Beliau meninggal dunia, 15 Februari 1989 di Jakarta

RESENSI NOVEL Hoegeng; Polisi dan Menteri Teladan

RESENSI NOVEL SEJARAH

Judul : Hoegeng; Polisi dan Menteri Teladan
Penulis : Suhartono
Penerbit : Kompas
Tahun: 2013
Genre : Sosial & Politik
Tebal : 142 Halaman 
ISBN: 978-979-7097-69-1

RESENSI NOVEL Hoegeng; Polisi dan Menteri TeladanInstitusi kepolisian tak henti-hentinya menjadi sorotan. Lihat saja adanya rekening "gendut" pimpinan Polri, tindakan pencucian uang, kepemilikan narkoba, isu suap kenaikan pangkat, dan persoalan-persoalan indisipliner anggota kepolisian. Ini semua semakin menjatuhkan citra Polri di mata masyarakat.

Polri seharusnya sebuah korps yang memiliki integritas, disiplin, dan profesional dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Polri seharusnya juga lembaga yang antikorupsi, antisuap, dan anti persekongkolan. Polri harus selalu menjadi garda depan dalam menindak setiap kejahatan.

Dalam perjalanan sejarahnya, Polri telah melahirkan tokoh polisi yang bersahaja, disiplin, jujur, tak mau kompromi, dan tak gampang tergiur harta. Dia tidak memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan sendiri. Dialah Hoegeng.

Tentang Hoegeng ini, mendiang mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) punya statement khas dan menarik. Menurut Gus Dur, di Indonesia ini, hanya ada tiga polisi yang jujur alias tak bisa disuap, yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng.

Hoegeng yang dimaksud Gus Dur adalah almarhum Jenderal (Pol) Hoegeng Iman Santoso, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) di masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru. Ia adalah sosok teladan seorang polisi yang menjaga integritasnya sampai akhir hayat. Sebagai polisi, Hoegeng dikenal jujur, sederhana, dan tak kenal kompromi.

Hoegeng tidak aji mumpung meskipun menjadi pemimpin dan pejabat negara. Dia tidak memanfaatkan jabatannya untuk memberi surat izin bagi putranya menjadi taruna ABRI ketika itu, atau kemudahan bagi putrinya untuk sekadar lolos di perguruan tinggi negeri dengan fasilitas jabatannya. Hingga wafatnya pada 14 Juli 2004, Hoegeng tidak memiliki rekening gendut. Ia hanya memiliki uang pensiun.

Itulah sebagian kisah yang diceritakan dalam buku Hoegeng; Polisi dan Menteri Teladan yang ditulis dari penuturan bekas asisten dan sekretaris pribadi Hoegeng, Soedharto Martopoespito. Ketika itu, Hoegeng menjadi menteri/sekretaris presidium kabinet pada periode Maret 1966 hingga Juli 1966, hingga persinggungannya saat Hoegeng menjabat Wakapolri dan kemudian Kapolri (1968–1971).

Sang asisten baru berkisah setelah 48 tahun kemudian, setelah pensiun, dan Hoegeng sudah meninggal. Kekhasan pribadi Hoegeng sangat membekas. Tak heran kebiasaan Hoegeng terekam dengan baik. Misalnya, dia tak mau dikawal dan tidak mau mengambil jatah beras. Pribadi Hoegeng ini membuat rikuh para kolega, apalagi anak buahnya, karena perilakunya lurus dan antikorupsi.

Sang istri, Meriyati Roeslani (Meri), memiliki pengertian yang luar biasa akan prinsip hidup suaminya. Saat Hoegeng menjabat sebagai kapolri, ia tak mengizinkan istrinya menjadi Ketua Umum Bhayangkari, yang biasa dijabat istri kapolri. Hoegeng berkata kepada istrinya, "Hoegeng ini komandan polisi di Indonesia, tetapi Meri bukan komandan dari istri-istri para polisi," (halaman 91).

Kepada anak-anaknya, Hoegeng juga bersikap tegas dan tanpa kompromi. Dia tak ingin anak-anaknya hidup manja dan menggantungkan diri pada jabatan ayahnya. Untuk mengajarkan kemandirian dan kerja keras, Hoegeng mengizinkan anak-anaknya berjualan koran dan kue. Anak kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng, tak pernah merasakan fasilitas negara (halaman 72).

Sebagai pejabat negara dan mantan Kapolri, Hoegeng tak memiliki apa-apa sampai wafatnya, kecuali kejujuran itu sendiri. Kisah hidup dan teladan Hoegeng Iman Santoso tentu bisa menjadi cermin perlunya sosok polisi yang bersahaja, terbuka, jujur, profesional, tanpa kompromi, dan anti-KKN. Keteladanan seorang polisi seperti Hoegeng diperlukan untuk mendorong perubahan.  

Saturday, October 13, 2018

RESENSI BUKU Dari Puncak ANDALUSIA

RESENSI BUKU Dari Puncak ANDALUSIAJudul buku            : Dari Puncak ANDALUSIA
Penulis                  : DR. TARIQ SUWAIDAN
Penerbit                : Zaman
Penerjamah           : Zainal Arifin
Penyunting            : Chairul Ahmad
Pembaca proof     : Arif Sarwani
Pewajah isi           : Nur Aly
Desainer sampul   : Altha Rivan
Cetakan 1             : 2015
Jumlah halaman     : 720
Terbit                    : Februari 2015 

Sinopsis :
Sebelum bernama Spanyol,dulunya daerah ini bernama Andalusia.Tepatnya pada tahun 92 H/711 M,pasukan muslim mulai masuk ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.Peperangan dan perjanjian dilalui.Perang  penaklukkan antara pasukan Muslim dengan kaum Vandal dan Visigoth.Kaum Vandal menguasai Spanyol sejak abad 5-10 M.Sedangkagn Kaum Visigoth yang berasal dari Jerman menguasai selama 3 abad hingga permulaan abad ke 16 M.Dari mana kaum Vandal kemudian daerah yang kini bernama Spanyol dinamakan Vandalusia,kemudian orang Arab menyebutnya Andalusia. Setelah berakhirnya Dinasti Umayyah di Timur,kaum Umayyah terus diburu oleh Bani Abbasiyah yang naik takhta.Pelarian Kaum Umayyah inilah yang kemudian Berjaya di Eropa. Mereka mendirikan kelanjutan Khilafah Umayyah di Andalusia dan menerangi Eropa yang sebelumnya gelap gulita. Orang yang berperan dalam hal ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil . Kepemimpinan Khilafah Umayyah di Andalusia terus berlanjut hingga masa pimpinan Abdurrahman al-Nashir. Di bawah kepemimpinannya Andalusia mencapai zaman keemasannya. Abdurrahman al-Nashir mampu menstabilkan situasi dan kondisi Andalusia. Setelah itu dia mengokohkan pilar-pilar pemerintahan agar dinastinya berdiri kuat.

Ada enam raihan prestasi puncak peradaban Andalusia di bawah kepemimpinan Abdurrahman al-Nashir. Pertama prestasi dalam sisi politik. Banyak delegasi-delegasi negara lain yang berdatangan ke Kordoba untuk menjalin hubungan baik dan kerja sama politik dengan Andalusia. Seperti Bizantium Timur (Konstantinopel). Kedua, prestasi dari sisi sosial. Rakyat bisa menikmati beragam makanan, pakaian, nyanyian dan musik. Rakyat Andalusia menjadi senang berpesta pora. Orang yang membawa kebiasaan tersebut adalah Zaryab. Sayangnya, karena hal ini rakyat Andalusia menjadi lalai. Mereka banyak yang lupa bahkan jauh dari Islam. Banyak ulama yang mencoba memerangi hal ini agar Andalusia tidak menjadi lemah dan jatuh, seperti al-Mundzir bin Sa’id al-Baluthi . Ketiga, prestasi dalam pembangunan infrastruktur. Kordoba pada saat itu adalah kota yang besar dan penduduknya mencapai angka setengah juta jiwa. Selain Baghdad, tidak ada kota lain yang lebih besar dari itu. Untuk menampung masyarakat Kordoba, dibangunlah ada 13 ribu unit rumah dan didirikan juga 3.000 masjid. Keempat, prestasi dalam administrasi pemerintahan. Abdurrahman al-Nashir membagi Kordoba menjadi 28 distrik. Penugasan apparat kepolisian dibagi dua waktu, malam dan siang hari. Penugasannya juga berbeda, seperti mengawasi dan mengawal pedagang. Sistem peradilan juga mendapat perhatian dari Abdurrahman al-Nashir. Dibuatlah syarat bagi calon pejabat peradilan, semua etnis boleh menjadi menjadi pejabat peradilan, tidak hanya orang Arab. Abdurrahman al-Nashir tidak menyukai fanatisme dan nepotisme. Kelima, prestasi dari sisi ekonomi. Di bawah kepimpinan Abdurrahman al-Nashir bidang pertanian berkembang pesat. Berbagai tanaman buah-buahan tumbuh subur, seperti tebu, padi, zaitun, dan delima. Pada masa inilah juga dibuat kalender pertanian untuk setiap musim yang kemudian diadopsi oleh Eropa .

Terakhir prestasi dari sisi budaya. Al-Nashir dikenal mencintai ilmu dan ulama. Ada 70 perpustakaan di Andalusia, dan setiap perpustakaan ada 400 judul buku. Di Kordoba, al-Nashir mendirikan 27 sekolah gratis bagi kalangan miskin dan jelata. Ada banyak ulama yang masyhur kala itu salah satunya adalah al-Qadhi Abdullah Muhammad bin Muhammad, yang menimba ilmu dari 236 syaikh.

Dengan prestasi gemilang di atas, tak heran jika Andalusia disebut sebagai mutiara dunia (halaman 277). Andalusia telah menorehkan sejarah yang sangat berperan atas terbentuknya peradaban Eropa saat ini. Dalam buku  720 halaman ini DR. Tariq tidak hanya menulis masa kejayaan Umat Islam di Andalusia, tetapi juga menulis masa-masa akhir yang terpuruk. Sebuah buku yang menarik, karena menginspirasi dan sarat perenungan.

ALIYATUL FITRIPROFIL PERESENSI

Nama               : ALIYATUL FITRI
Kelas               : X IPS 3
No. absen        : 03
Sekolah           : SMA Negeri 1 Brebes

RESENSI Runtuhnya Hindia Belanda

RESENSI Runtuhnya Hindia Belanda
Judul buku     : Runtuhnya Hindia Belanda 
Penulis           : Onghokham
Penerbit         : PT Gramedi Jakarta 
Tebal Buku    : 291 Halaman 

Sinopsis : Saya memilih untuk menulis resensi “runtuhnya hindia belanda” karena buku tersebut adalah skripsinya saat dia menjadi mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia. Onghokham menggunakan paradigma historiografi kolonial—penulisan sejarah yang dilihat dari sudut “nederlandocentris”—bukan penulisan sejarah indonesia dari sudut indonesia centris yang lebih sering digunakan. Didalamnya banyak sekali info (fakta) sejarah yang (hampir) tidak pernah dibicarakan dalam pelajaran sejarah, seharusnya buku ini jadi bacaan wajib para pelajar Indonesia. Bagian terakhir dari buku ini sangat sangat sangat menarik karena Onghokham memberikan kronologi hari-hari terakhir pemerintah hindia belanda berkuasa dengan gaya bercerita yang dramatis.

Salah satu hal yang saya ketahui bahwa indonesia dijajah belanda bukan selama 3,5 abad tetapi sekitar seratus tahun lebih, indonesia secara resmi dijajah pemerintah hindia belanda tahun 1930 (pemberlakuan taman paksa oleh gubernur jenderal van de bosch) sampai tahun 1942—pemerintah hindia belanda menyerah kepada jepang. Namun menurut Onghokham, sejak 1942, indonesia dapat dikatakan selalu dalam keadaan “vivere pericoloso” atau transisi, revolusi, perang saudara, konfrontasi dengan belanda tentang irian, inflasi, konfiskasi milik belanda yang berarti pengambilalihan ekonomi kolonial ke tangan indonesia dengan segala akibatnya, seperti inflasi, pemotongan uang (sanering) dan lain sebagainya. Keadaan ini mungkin akan berlaku sampai 1972 (oil boom prices).

Buku ini secara jelas banyak membahas mengenai menyerahnya belanda kepada Jepang pada bulan Maret 1942 teah dianggap sebagai titik terakhir dari kekuasaan kolonialnya di Indonesia yang telah berlangsung selama tiga abad. Namun tanpa peristiwa itu pun, sesungguhnya awal dari proses runtuhnya kekuasaan colonial Belanda di Indonesia telah Nampak sejak permulaan abad ini ketika benih-benih nasionalisme Indonesia modern mulai menampakkan dirinya. Proses itu makin nyata pada pertengahan tahun 1920-an hingga awal tahun 1940-an dengan munculnya aspirasi dan gerakan-gerakan nasionalis yang dengan tegas menuntut kemerdekaan Indonesia. Situasi Internasional yang ditandai oleh Perang Dunia II, melalui dimana Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia selama tiga setengah tahun, hanyalah merupakan factor yang mempercepat proses keruntuhan tersebut yang sudah berakar jauh sebelumnya.

Dalam buku ini, DR. Onghokham menguraikan proses tersebut dengan menganalisis berbagai factor yang mempengaruhinya, baik factor dalam negeri Indonesia maupun factor-faktor Internasional, termasuk juga perkmbangan politik di Negeri Belanda Sendiri.

Kekayaan informasi dan analisis kritis yang terkandung didalamnya, membuat buku ini perlu dibaca oleh mereka-mereka yang ingin mempelajari seuatu periode yang sangat menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia.

Kekurangan : Yang menjadi kelemahan dalam buku ini adalah tidak ada pengantar dari orang ahli untuk menjelaskan secara singkat mengenai isi dari buku ini.     

Kelebihan : Yang menjadi kekuatan dari buku ini adalah buku ini memang memusatkan perhatian pada masa-masa akhir dari kekuasaan Belanda di Indonesia yaitu menjelang Perang Dunia Kedua hingga saat menyerahnya Belanda kepada Jepang di Indonesia pada bulan Maret 1942, namun sebagai latar belakang diuraikan juga situasi di Hindia Belanda sejak permulaan abad 1920 hingga akhir tahun 1930-an. Sehingga bisa memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai munculnya aspirasi-aspirasi nasionalisme Indonesia dan gerakan-gerakan nasional tahun 1920-an dan 1930-an guna mewujudkan aspirasi tersebut serta baimana “reaksi” pemerintah Hindia Belanda menghadapinya.
Kekuatan lainya adalah buku ini dilengkapi oleh gambar-gambar.


PROFIL PERESENSI
Saskia Paramitha Nugrahaeni









Nama        : Saskia Paramitha Nugrahaeni
No.Absen : 31
Kelas        : X IPS 3
Sekolah    : Sma Negeri 1 Brebes

RESENSI NOVEL SEJARAH : AROK DEDES

RESENSI NOVEL SEJARAH : AROK DEDES➢ Judul         : Arok Dedes 
➢ Penulis     : Pramoedya Ananta Toer 
➢ Penerbit   : Lentera Dipantara (Jakarta) 
➢ Ketebalan: 578 
➢ Peresensi : Putri Aulia Lafifa 
                      Vindy Mitavianna

➢ Sinopsis  : Novel ini mencoba memberikan suatu perspektif pandang baru terhadap sejarah dengan menggambarkan Ken Arok bukan hanya seorang berandalan pemberontak, seperti yang banyak dikatakan buku pelajaran sejarah, tetapi disini diceritakan bahwa Ken Arok adalah seorang pemimpin rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan yang menindas. Novel ini juga menggambarkan kondisi pemberontakan yang terjadi di dalam suatu negara atau kerajaan yang sarat dengan intrik politik.  

➢ Kelebihan: Yang menarik dari roman ini adalah kecerdasan penulis dalam mengangkat kompleksitas permasalahan dengan lancar, mengalir dan membangun suasana. Dimulai dari latar belakang Arok, seorang sudra yang tidak jelas asal usulnya namun menjelma jadi seorang Ksatria dan Brahmana sekaligus. Arok juga merupakan perpaduan yang unikantara penganut Shiwa, Wisnu dan Budha, karena dalam perjalanan hidupnya dia belajar dari beberapa guru yang berbeda keyakinan.  

➢ Kekurangan: Plot cerita Arok Dedes Pramoedya jauh berbeda dengan kisah pembuatan keris oleh empu Gandring yang memakan korban sampai tujuh turunan. 

Saturday, September 29, 2018

Resensi Novel Sejarah TAN (sebuah Novel)

Resensi Novel Sejarah TAN (sebuah Novel)NAMA= Rahma Wijayanti
KELAS= X IPS 4
MAPEL= SEJARAH (peminatan)
No.absen= 24



Judul Buku              : Tan: Sebuah Novel

Penulis                     : Hendri Tedja

Penerbit                   : Javanica

Tanggal Terbit        : Februari 2016

Jumlah Halaman    : 427 Halaman


A. SINOPSIS
Saya selalu percaya bahwa kita akan lebih mudah memahami apa yang terjadi saat ini dengan cara memahami kejadian di masa lampau atau sejarah. Buku ini menceritakan kisah hidup Tan Malaka, salah satu tokoh yang paling berpengaruh (selain Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.) pada zaman perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Tan Malaka dilupakan oleh bangsa ini, hampir tidak pernah saya dengar namanya sampai saya duduk di bangku kuliah. Kenapa Tan Malaka, tokoh yang begitu penting dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan ini seakan ingin dihapus dari sejarah? Lagi-lagi komunis alasannya. Ya, Tan Malaka Tokoh Komunis, pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Komunis Hindia (nama partai sebelum dirubah menjadi Partai Komunis Indonesia). Semenjak kuliah saya memulai membaca artikel-artikel di internet mengenai tokoh ini, sampai terakhir saya menyelesaikan buku novel biografi sejarah ini.

B. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUKU

Buku ini tidak menceritakan kisah tentang Tan Malaka sampai akhir hidupnya (Tan Malaka tewas dieksekusi Tentara Indonesia di Kediri tahun 1949). Buku ini memulai kisah Tan Malaka semenjak dia diangkat menjadi tetua adat, lalu memutuskan meninggalkan gelar adat tersebut untuk bersekolah di Belanda. Diceritakan pula pertemuan Tan Malaka dengan Ki Hajar Dewantara di Belanda, kisah cintanya dengan gadis Belanda, dan bagaimana Belanda telah membentuk Tan Malaka menjadi seorang berideologi kiri.

Kembali ke Indonesia, Tan Malaka melanjutkan perjuangannya menjadi seorang guru di Deli, Sumatra Utara. Selanjutnya diceritakan saat Tan Malaka berjuang di pulau Jawa dan bertemu tokoh-tokoh komunis nasional seperti Alimin dan Semaoen yang saat itu merupakan petinggi Sarekat Islam Semarang (fakta bahwa Partai Komunis Indonesia memang awalnya merupakan pecahan dari Sarekat Islam). Buku ini berakhir sampai kisah pemberontakan Partai Komunis Hindia pada pemerintah Hindia Belanda di tahun 1926.

Hal yang menyenangkan dari buku ini adalah Tan Malaka sebagai tokoh dengan sudut pandang pertama sebagai pelaku utama. Pemilihan sudut pandang ini akan membawa pembaca merasa jauh lebih dalam masuk ke dalam pikiran Tan Malaka. Sayangnya, buku ini hanya menceritakan kisah hidup Tan Malaka sampai tahun 1926, padahal Tan Malaka masih hidup dan berjuang sampai 23 tahun berikutnya. Mungkin juga perlu referensi-referensi lain untuk lebih memahami karakter seorang Tan Malaka.

Buku ini layak dibaca sebagai awal perkenalan dengan seorang Tan Malaka. Namun masih banyak buku-buku lain yang mengisahkan perjuangan Tan Malaka, tapi saya belum baca, jadi belum bisa membandingkan. Buku ini juga dapat menambah wawasan anda mengenai perjuangan para tokoh komunis dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ya, komunisme dan tokoh-tokohnya juga memiliki andil yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jadi, jangan percaya Tere Liye.

Resensi Novel Sejarah Ken Arok; Cinta dan Takhta

Resensi Novel Sejarah Ken Arok; Cinta dan TakhtaNAMA: istin Ghairiah
KELAS:X Ips 4
MAPEL: Sejarah (peminatan)
NO. Absen: 10

Resensi Novel Ken Arok
RESENSI NOVEL
Judul: Ken Arok; Cinta dan Takhta
Penulis: Zhaenal Fanani
Penerbit: Metagraf (Grup Tiga Serangkai)
Tahun: 2013
Tebal: 536 Halaman

SINOPSIS
Ken Arok lahir dari seorang perempuan bernama Ken Ndok, seorang perempuan dari Desa Pangkur yang dipersunting oleh Resi Yogiswara. Namun, selama sepuluh tahun menikah, Ken Ndok tidak pernah disentuh oleh suaminya. Resi Yogiswara tidak pernah menunaikan tugasnya sebagai seorang suami. Sementara, Ken Ndok, sebagai perempuan normal mengaharapkan kasih sayang seorang suami.

Di antara kegelisahan dan kegalauannya, suatu hari Ken Ndok bertemu dengan Gajah Para, seorang laki-laki yang memberikan harapan kebahagiaan kepadanya. Di mata Ken Ndok, Gajah Para adalah sosok laki-laki yang baik dan perhatian. Hingga hubungan mereka berdua berlanjut ke hubungan yang “serius”. Ken Ndok hamil, sementara Gajah Para tidak siap dengan segala risiko yang akan dihadapi. Karena, dia tahu bahwa Ken Ndok adalah istri sah Resi Yogiswara (halaman 13).

Gajah Para pun meninggalkan Ken Ndok dalam keadaan hamil. Sementara itu, Ken Ndok semakin khawatir dan takut dengan keadaannya. Ia merasa bersalah telah mengkhianati suaminya. Ia tidak mungkin mengaku hamil, karena suaminya tidak sedikit pun menyentuhnya sejak perkawinannya sepuluh tahun silam.

Sebuah keputusan pun diambil oleh Ken Ndok. Pada suatu malam, dia memutuskan untuk meninggalkan padepokan suaminya. Ia membawa pergi janin yang dikandungnya. Hingga pada akhirnya, dari rahimnya lahir seorang anak laki-laki. Karena merasa tidak mungkin bisa merawat anak itu, akhirnya Ken Ndok meninggalkan anaknya di sebuah kompleks pekuburan (halaman 20-21).

Adalah Ki Lembong, laki-laki yang menemukan sosok bayi yang akhirnya diberi nama Temon itu. Di bawah asuhan Ki Lembong, Temon tumbuh sebagai pemuda yang kuat dan pemberani. Temon akhirnya mengikuti jejak pengasuhnya; menjadi perampok. Temon mengenal dunia hitam jauh sebelum menginjak dewasa. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Ki Lembong mengajak Temon menjarah dan mencuri barang orang lain (halaman 31).
Ki Lembong tahu bahwa tidak seharusnya ia menyeret Temon dalam jagat kehidupan kelam yang selama ini dijalaninya. Tapi, Ki Lembong sudah berpikir jauh, melebihi yang dipikirkan orang. Tampaknya Ki Lembong sudah memiliki firasat bahwa apa yang dijalani Temon bersamanya akan bermanfaat bagi Temon suatu saat kelak.

Akhirnya, Ki Lembong pun memberikan kebebasan kepada Temon untuk memilih kehidupan dan masa depannya. Ki Lembong sadar bahwa Temon bisa hidup mandiri tanpa harus hidup bersamanya lagi. Semula Temon enggan meninggalkan Ki Lembong. Karena, dia sadar bahwa jasa Ki Lembong yang telah membesarkannya sangat besar. Ia tidak mau meninggalkan ayah angkatnya itu. Tapi, Temon harus bisa melaksanakan apa yang diharapkan oleh ayah angkatnya (halaman 36).
Temon akhirnya meninggalkan rumah Ki Lembong dan berjalan tanpa arah dan tujuan. Ia singgah ke beberapa wanua (desa) dan bertemu dengan Bango Samparan, seorang laki-laki penjudi. Karena melihat Temon sebagai pemuda yang berani, bahkan, Bango Samparan menganggap kehadiran Temon membawa keberuntungan, akhirnya Bango Samparan mengubah nama Temon menjadi Ken Arok. Menurutnya, nama Ken Arok lebih pantas disandang oleh seorang pemuda yang pemberani.

KELEBIHAN
Zhaenal Fanani menulis novel sejarah ini dengan baik, bahasa yang lugas dan mudah dicerna. Sebagai novel berlatar sejarah jawa, namun buku ini adalah novel sehingga tidak bisa menjadi pijakan sejarah yang pas.

KEKURANGAN
Buku ini tidak cocok untuk anda yang mencari sebuah kebenaran dalam sejarah, tetapi buku ini sangat cocok bagi anda yang ingin mengambil suatu kebajikan dalam sejarah.

Thursday, June 21, 2018

Asal usul kenapa orang indonesia menamai egypt dengan nama mesir dan sebaliknya orang eropa menamai mesir dengan egypt

Pada Gelaran Piala Dunia 2018, Saya menjagokan Moh. Salah yang berada pada tim sepak bola Mesir, Namun ketika melihat jadwal grup stage pertandngan Mesir saya tidak menemukan kata Mesir dalam jadwal pertandingan piala dunia 2018 di rusia yang ada adalah kata Egypt. nah, hal inilah yang membuat saya menelusuri kenapa sih mesir disebut egypt oleh orang eropa atau juga sebaliknya kenapa sih egypt disebut mesir oleh orang indonesia.

nah, yang pertama,  Mengapa orang Barat menyebut Mesir dengan Egpyt? 
Karena Egpyt berasal dari bahasa Yunani kuno Αἴγυπτος (Aigyptos), sebutan Yunani untuk Mesir Kuno saat zaman Firaun masih berkuasa. nah, karena literasi orang eropa dan ilmu pengetahuan mereka banyak dari yunani kuno sebagai awal perkembangan peradaban kuno di eropa pada masa lalu akhirnya yang jamak ditemukan adalah kata egypt meujuk pada Aigyptos.

lalau kenapa orang indonesia menyebutnya mesir bukan egypt?
Kata Mesir adalah pengucapan bahasa Arab untuk orang yang pertama kali menghuni Mesir yaitu Mashr. Bagi orang Mesir pun, nama resmi negara mereka adalah:   جمهوريّØ© مصر العربيّØ© atau JumhÅ«riyyat Miá¹£r al-’Arabiyya. nah lalu Kengapa Indonesia lebih memilih menyebut Mesir daripada Egpyt (Egip)? Karena kedekatan historis. Indonesia lebih dulu mengenal Islam jauh sebelum kedatangan bangsa Barat. Di dalam Al-Quran, kata Mesir disebutkan sebanyak 35 kali.

Selain itu juga diduga bahwa bahan pengawet mumi Firaun seperti kapur, gaharu, dan cendana didapat di Indonesia. Hingga akhirnya menjadi wajar jika kata Mesir terasa lebih familiar dibandingkan Egip.

Namun, itu baru satu teori saja berikut adalah berbagai teori menyangkut penamaan mesir lebih banyak digunakan oleh orang arab daripada egypt.

Tanah Egypt juga dikenal dengan nama Mashr, mengacu pada tulisan Arab yang menjelaskan jika orang pertama yang menghuni Mesir bernama Mashr alias Mashryem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam AS. Sumber kedua menjelaskan jika nama Mashr diambil dari nama Mashram bin Ya’rawusy al-Jabbar bin Mashr-yem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam AS. Sedangkan pendapat ketiga menjelaskan jika nama ini diambil dari nama Mashr bin Binshir bin Ham bin Nuh AS.

Entah mana yang benar, yang jelas bangsa Arab banyak yang sepakat nama orang bernama Mashr adalah orang pertama yang menemukan Mesir atau Egypt.

Monday, June 18, 2018

Naskah drama sumpah pemuda

Berawal dari Langkah para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo pada tahun 1908 mempengaruhi pelajar-pelajar lain. Mereka mendirikan berbagai organisasi seperti Sekar Rukun, Tri Koro Dharmo, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak Bond, Jong Minahasa, dan Kaum Betawi.

Organisasi tersebut bersifat etnik dan kedaerahan. Selain itu berdiri pula organisasi pemuda yang bersifat keagamaan, antara lain Jong Islamieten Bond, Perkumpulan Pemuda Katolik, Muhammadiyah, Nandlatul Ulama, dan lain sebagainya. Berbagai organisasi itu kemudian berusaha bergabung menjadi satu organisasi.

Berdirinya organisasi-organisasi pemuda yang bersifat etnik dan kedaerahan itu memperlihatkan adanya kesadaran untuk bersatu walaupun terbatas pada daerah masing-masing. Lama kelamaan, rasa kedaerahan mulai memudar dan digantikan oleh keinginan untuk membentuk persatuan yang bersifat nasional.

Hal itu terjadi berkat adanya kontak-kontak pribadi antarpemuda yang berasal dari daerah yang berlainan tetapi belajar di lembaga pendidikan yang sama atau tinggal di pemondokan yang sama. Dari kontak-kontak pribadi itu timbullah saling pengertian. Pemuda dari daerah yang satu mulai memahami aspirasi pemuda dari daerah yang lain.

Pada tanggal 25 November 1925, wakil-wakil dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Sekar Rukun mengadakan rapat di Jakarta. Mereka membentuk sebuah panitia yang bertugas menyiapkan kerapatan besar pemuda. Panitia ini diketuai oleh M. Tabrani dari Jong Java. Anggota panitia adalah wakil-wakil dari berbagai organisasi.

Kerapatan besar pemuda yang kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh wakil-wakil berbagai organisasi pemuda. Kongres tersebut bertujuan untuk membentuk sebuah badan sentral dalam rangka memajukan paham persatuan dan kebangsaan serta mengutamakan hubungan di antara organisasi-organisasi pemuda kebangsaan.

Di tempat Kongres Pemuda pertama
Moh. Tabrani (Jong Java)      : Assalamualaikum Wr. Wb.

Anggota Kongres                   : Waalaikumsalam Wr. Wb.

Moh. Tabrani (Jong Java)      : Putra – Putri Indonesia dan semua yang hadir di sini Atas nama panitia kongres pemuda yang pertama. Saya ucapkan selamat dating pada anda semua, sebagai pajuang – pejuang kemerdekaan tanah air bangsa kita. Dan sebagai pribada yang memperlihatkan perhatiannya terhadap kemerdekaan tanah air Indonesia. Di kongres ini adalah sebagai tonggak sebagai sejarah bagi para pemuda yang harus bersatu padu jika kita ingn mencapai tujuan milik kita bersama yaitu sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan ini saya akhri pidato dari saya, saya mohammad tabrani dari Jong Java berterimakasih kepada hadirin anggota kongres yang telah hadir. Semoha kongres ini dapat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah lama dijajah oleh belanda sehingga bangsa Indonesia dapat merdeka. MERDEKA

Anggota Kongres                   : MERDEKA…. MERDDEKA…. MERDEKA……
                                                 (Disertai tepuk tangan)

Perwakilan Sekar Rukun    : Apa yang dikatakan oleh Bapak Mohammad Tabrani sangatlah luar biasa kita bangsa Indnoesia harus merdeka dari penjajahan ini.
Moh Yamin (Jong Sumatra) : Saya sanat setuju dengan apa yang telah dikatakan oleh bapak mohamaad Tabrani.

Perwakilan  Jong Batak            : Kita harus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

Moh. Tabrani (Jong Java)        : Terimakasih saudara- saudari semua. Tujuan diadakannya kongres ini adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pertama-patam kita harus membentuk badan sentral

Moh. Yamin (Jong Sumatra): Benar sekali bung, yang kita butuhkan sekarang adalah sebuah organisasi yang dapat menampung semua aspirasi.

Perwakilan Islamiten Bond      : kita akan membentukan pemerintahan , dalam bentu federasi, dimana setiap daerah dapat memajukan daerahnya masing-masing

Jong Ambon                        : Bukan seperti itu bung, akan lebih bagus bila pemrintahan pusat dan pemerintahan daerah harus bisa menyatu dalam membangun pemerintahan, karena apabila suatu daerah dibiarkan mandiri dan tidak bisa berkembang maka akan menjadi suatu masalah.

Saat Kongres telah berakhir, sasaran utama kongres belum tercapai, yakni membentuk badan sentral organisasi pemuda tidak tercapai. Badan sentral tidak terbentuk, karena terjadi perbedaan pendapat mengenai bentuk badan sentral tersebut. Sebagian besar peserta kongres menghendaki bentuk fusi, sebagian lagi menghendaki bentuk federasi. Walaupun demikian, usaha untuk membentuk wadah persatuan tetap dilanjutkan setelah kongres berakhir.

Kongres Pemuda 1 menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut: Menyiapkan Kongres Pemuda Indonesia II dan Menyerukan persatuan berbagai organisasi pemuda dalam satu organisasi pemuda Indonesia.

seusai kongres pertama, usai kongres para panitia inti sedikit kecewa karena kongres pertama tidak menghasilkan kata sepakat. untuk menggabungkan pemuda di seluruh tanah air. hal ini, dikarenakan setiap golongan masih mementingkan daerahnya sendiri. sehingga, sangat sulit untuk mempersatukan mereka khususnya di dalam bahasa persatuan.

Moh. Tabrani (Jong Java) : Saudara-saudara pada kesempatan kali ini tampaknya kita belum menghaslkan suatu kesepakatan dalam konres kal ini.

Perwakilan Jong Mnahasa     : Kta Sudah Menghasilkan sebuah keputusan, hanya saja belum diterima oleh anggota perkumpulan daerah lannya.

Moh Yamin                               : benar, yang kita butuhkan sekarang ini adalah anggota dari PPPI.

Perwakilan Sekar  Rukun    : Kalau begitu kita harus menunggu beberapa lama sampai meraka pulang.

Perwakilan Jong Mnahasa      : Waktu Bukanlah Halangan buat kita, yang pentng adalah tujuan untuk masa depan kemerdekaan bangsa indonesia. Saya yakin semuanya bisa terlaksana

Jong Ambon                        : tapi tentunya, aspek bahasa itu sangat penting. Sangat tidak mungkin kita meninggalkan aspek Bahasa pada saat ini.

Moh. Yamin                             : Benar sekali bung, padahal saya yakin Bahasa melayu adalah Bahasa yang cocok untuk dijadkan Bahasa persatuan.

Perwaklan jong batak          : Sudahlah jangan berpikir sepertu itu, jika tujuan kita ingin tercapai Indonesa harus bersatu dalam segala aspek.

Moh, Yamin                             : Kalau begitu kta lanjutkan pembahasaan ini dikongres kedua nanti.

Sekar Rukun                             : sebaiknya, kita persiapkan diri untuk kongres ke dua nanti.

Moh. Tabrani                           : baiklah, kalau begitu kita akan lanjutkan di konres ke 2 di gedung kjb nanti. keputusan telah kita sepakati, mari kita persiapkan untuk kongres ke 2 nanti.


PPPI bertujuan memperjuangkan Indanesia merdeka. Untuk itu, para anggota disiapkan menjadi pemimpin rakyat sejati. Cita - cita itu akan tercapai apabila segala bentuk sifat kedaerahan di hapuskan setelah itu. mereka sesegera mungkin menyelesaikan rapat yang diakhiri dengan pembacaan doa bersama.


Memasuki tahun 1928, alam politik Indonesia digelorakan oleh semangat persatuan,,kehangsaan, keyakinan berdiri sendiri, dan cita-cita Indonesia merdeka. Dalam suasana seperti itulah Kongres Pemuda 11 dipersiapkan dan akhirnya diselenggarakan. Dalam rapat tanggal 12 Agustus 1928 ditunjuknya panitia penyelenggara yang diketuai oleh Sugondo Joyopuspito.

Tanggal 27 Oktober 1928 terlaksanakanlah kongres pemuda kedua yang dilaksanakan di gedung KJB. pada waktu itu suasana sangat kondusif, di hadiri peserta yang sangat antusias dengan acara itu. Soegondo Joyopuspito selaku perwakilan dari PPPI sekaligus ketua kongres pemuda kali ini membuka acara di sambut dengan meriah.

Soegondo Joyo Puspito              : Selamat Pagi, asslamualikum wr. Wb

Anggota kongres                        : waalaikum salam wr wb

Soegondo Joyo Puspito              : para hadirin perkenalkan saya  ketua PPPI Soegondo Joyo Puspito. Terimakasih bagi kalian yang telah hadir  pada konres pemuda ke 2 ini. Pad konres pertama kita mash belum menemukan kata sepakat. Kita merupakan bangsa yang terjajah, bangsa yang ingin merdeka, kita butuh persatuan dan kesatuan, tak perlu ada yang ditakutkan kita harus melaksanakan kongres ke 2 kali ini. Para hadirin dari perwakilan berbagai daeraj, jong java, jong sumtra, sekar rukun, jong ambon, jong minahasa, jong batak, Sulawesi dan betawi semuanya harus bersatu untuk tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia sekian  wasssalamualaikum wr. wb


Moh yamin                                : saya setuju bahwa kita harus bersatu demi tercapainya persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia

Jong ambon                       : beta, perwakilan dari pemuda – pemudi ambon juga setuju dengan persatuan ini.

Sekar rukun                                : kami dari perwakilan sekar arukun juga setuju


Jong batak                                  : yah  kami, perwakilan dari jong batak setuju


dengan meperlihatkan kesamaan - kesamaan dalam mempersatukan bangsa ndonesia seperti kesamaan dalam hal sejarah, budaya, nasib, dan kemauan untuk lepas dari belenggu penjajahan maka diputuskanlah


Soegondo Joyo Puspito           : Baiklah, telah kita sepakati. Bahwa perwaklan dari setap daerah telah mensepakati adanya persatuan dan kesatuan karena kita harus bersatu untuk mlawan penajajah semuanya telah dijajah, jati diri kita telah dicuri oleh bangsa lain. Kita sebagai pemuda – pemudi negeri ini semuanya harus bersatu untuk berjuang memereekaakan negeri ini. Saya akhiri rapat hari ini.

Selama Pembacaan Pidato terakhir dari Soegondo Joyopuspito, Diam-diam Moh. Yamin sedang menyusun kerangka pidato yang nantinya akan dikenal dengan pidato sumpah pemuda dan sebelum pembacaan dari pidato M.Yamin diperdengarkanlah Lagu Indonesia Raya Cptaan Wage Rudolf Supratman dengan menggunakan Biola tanpa Lirik.


Moh. Yamin                           : baiklah, hasil dari keputusan kongres pemuda kali ini. Telah disepakati oleh para pemuda pemuda-pemudi dari jong jawav, jong batak, jong minahasa, sekar rukun, jong Sumatra, Sulawesi dan betawi. Memutuskan kami putra-putri Indonesia mengaku bertdarah satu tanah air Indonesia. Kami putra putri Indonesia megaku berbangsa yang satu bangsa ndonesia. Kam putra-putri Indonesia menjunujung bahsa persatuan Bahasa Indonesia. Dengan diputuskannya hasil dar kerapatan ini. Maka diwajibkan untuk setiap perkumpulan-perkumpulan di Indonesia

Dengan berakhirnya Kongres Pemuda ke 2 maka semua anggota kongres menyatakan sumpah pemuda bersama-sama

SUMPAH PEMUDA
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.


Wednesday, June 13, 2018

Sejarah Peradaban Suku Aztec dalam bidang BERBAGAI BIDANG (KEPERCAYAAN, ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, KESENIAN)

Menurut legenda, Aztec berasal dari suatu tempat yang disebut Aztlan, yang berarti “tempat yang putih” atau “tempat burung kuntul.” Namun, tidak ada yang tahu pasti dimana Aztlan berada. Tempat ini mungkin termasuk wilayah Meksiko utara pada saat ini atau mungkin jauh lebih ke utara. Dari sejarah lisan suku Aztec, para sejarawan tahu bahwa mereka mengembara selama bertahun-tahun untuk mencari tempat tinggal. Mereka mendatangi Lembah Meksiko pada tahun 1200-an.

Namun, orang Indian lainnya telah menetap disana dan sebagian besar tanah yang baik untuk pertanian sudah diambil. Suku Aztec mengalami kesulitan dalam mencari tempat tinggal baru. Mereka menetap di suatu wilayah yang didiami sedikit orang dan banyak ular. Setelah dihuni, suku Aztec murka pada raja lokal yang mengirim tentaranya untuk mengusir mereka. Suku Aztec lantas mencari tempat persembunyian di rawa-rawa dan perairan danau dangkal.

Suku Aztec pertama kali digunakan oleh seorang penjelajah abad ke-18 dan menjadi populer pada abad ke-19. Kata Aztec berarti orang-orang Aztlan yang mengacu pada tanah air milik bangsa Aztec. namun nyatanya imperium Aztec terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda. penduduk Tenochtitlan, misalnya menyebut diri mereka Tenocha, Mexica, atau Mexicacolhua. Imperium tersebut juga berisi bangsa Acolhua dari texcoco,  bangsa tepanec dari Azcapotcalzoo, bangsa Chalca, xochimilca, Tlahuica, dan bangsa-bangsa lainnya. Jadi nama Aztec keliru dalam banyak hal. oleh karena itulah ketahui oleh sebagian besar orang, para ahli tetap menggunakannya.

SISTEM KEPERCAYAAN SUKU AZTEC

Suku Aztec menganggap Matahari sebagai hal penting dalam agama mereka. Suku Aztec merupakan penganut Politheis atau pemuja banyak dewa. Dewa-Dewa suku Aztec adalah Dewa Tlatecuhtli yang merupakan dewa utama suku Aztec. Dewa Huitzilopochtli (Dewa Perang), Dewa Hujan, Patung Coacticlue (Dewi Utama Suku Aztec), kemudian Elang dan Jaguar yang merupakan hewan penting bagi suku Aztec dan mereka menganggap elang sebagai pemburu terhebat di udara dan Jaguar pemburuh terhebat di darat.
Ritual Khusus Suku Aztec

Ritual Khusus Suku Aztec
> Saat melakukan ritual, pendeta suku Aztec mengecat hitam tubuh mereka sebagai pengenal bahwa mereka adalah seorang pendeta.
> Setiap kali orang Aztec menaklukkan sebuah kota, mereka menambahkan semua dewa dari kota tersebut ke agama mereka. Itu sebab, agama Aztec selalu mendapatkan tambahan dewa baru.
> Suku Aztec menguburkan anggota keluarga mereka di dalam rumah!
> Ritual aneh suku Aztec termasuk mendandani orang-orang khusus yang terpilih meniru dewa tertentu untuk kemudian dibunuh sebagai korban bagi dewa tersebut.

Orang Aztec percaya bahwa para dewa menginginkan pengorbanan sebagai imbalan atas bantuan yang akan diberikan. Jadi skala pengorbanan tergantung pada bantuan dewa yang diperlukan.Untuk bantuan yang penting tak jarang mereka memotong telinga, lidah, dan bahkan alat kelamin mereka sendiri untuk dikorbankan.

Saat anak perempuan lahir, ia akan diberikan bingkisan pot, alat tenun, dan batu pencuci, diiringi doa pendeta sebagai berikut, “Peranmu akan menjadi istri dan ibu dari prajurit masa depan”. Orang yang membantu kelahirannya lantas memanggil dewi Yoalticitl untuk memberkatinya.
Jika anak laki-laki lahir, ia akan diberikan busur, anak panah, dan perisai dada, diiringi doa pendeta sebagai berikut, “Kau telah datang ke dunia ini untuk memberikan matahari darah musuh-musuhnya untuk diminum, dan untuk memberi makan tanah dengan tubuh mereka “.


BIDANG KESENIAN SUKU AZTEC

Kesenian dan arsitektur telah maju pesat, terutama dalam seni lukis dan seni bangunan. Bangunan besar dan megah dibuat dengan menggunakan bahan batu, pasir dicampur semen sehingga kuat dan halus. Bangunan piramida dibangun untuk memuja dewa. Bangsa Aztec memiliki seni bangun atau arsitektur yang amat tinggi. Sudah mengenal dekorasi patung.

BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Suku Aztec memiliki sistem pendidikan dan ilmu pengetahuan yang jauh lebih baik dari pada yang dimiliki oleh bangsa Spanyol. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Kodeks Badianus yang ditulis pada tahun 1552 oleh Martinus yang merupakan dokter bagi suku Aztec. Kodeks itu memuat resep tradisional untuk pengobatan herbal. Suku Aztec juga memiliki keterampilan dalam bidang merancang bangunan. Pengetahuan di bidang teknim bangunan mereka membuat bangunan dengan menggunakan batu yang bernama Tazontle, dengan berat yang sangat ringan, untuk mengurangi berat bangunan. Tazontle digunakan sebagai bahan utama bangunan yang kemudian dilapisi dengan batu yang keras seperti batu basal

BIDANG TEKNOLOGI

Para pekerja suku Aztec menggunakan peralatan yang telah digunakan selama berabad-abad oleh para pembangun kota lainnya di Mesoamerika, seperti kapak, palu, dan pahat yang terbuat dari obsidian, batu keras berwarna hitam. Mereka membuat lubang dengan bor bermata kuarsa, batu yang cukup keras untuk mengukis batu lainnya. Di utara kota, para pekerja memasukkan baja ke dalam celah di permukaan batu. Mereka kemungkinan memindahkan bongkahan itu ke kota dengan menggunakan penggelinding yang terbuat dari batang pohon atau dengan penggeret yang mereka tarik dengan menggunakan tali. mereka juga membawanya lewat sungai dengan menggunakan tongkong.

Thursday, June 07, 2018

Kisah Mitologi Chang'e (Mitologi tiongkok) yang menjadi updatean baru karakter hero Mobile Legend

Beberapa minggu yang lalu game mobile legend baru saja merilis karakter hero baru yang bertipe mage. Hero baru ini bernama Chang’e yang merupakan dewi bulan di dalam mitologi Cina (Tionghoa) . nah adapun cerita mitologi dari Hero baru bernama Chanh’e ini Ada berbagai versi kisah cerita rakyat tentang Chang-E, sang Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam legenda Tionghoa namun kisah ini juga yang menjadikan sejarah dan asal-usul nya penyajian Perayaan Kue Bulan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh, para pria dan gadis gadis cantik Tionghoa akan keluar rumah untuk melihat ke bulan dan mengingat Kisah Kehidupan Chang-E. Perayaan ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur atau Perayaan Bulan. Berikut Kisah selengkapnya ;

Karakter hero baru cahng'e

Kisah Dewi Bulan Dengan Pemanah Matahari

Awal mulanya, Yu mendapatkan takhta dari Shun karena kemampuannya dalam mengendalikan banjir. Ketika Yu telah berusia lanjut, dia memiliki keinginan untuk menyerahkan takhta kepada salah seorang menterinya, Po Yi. Namun para ketua suku menginginkan agar Yu memberikan posisi tersebut kepada Chi, salah seorang putra Yu. Setelah kejadian ini maka posisi ketua dari ketua atau raja menjadi sesuatu yang turun temurun. Tai Kang adalah putra dari Chi. Yu memiliki jasa besar karena berhasil menghentikan banjir dan mendidik rakyat untuk bertani.

Hal ini menyebabkan Kaisar Langit di surga memerintahkan sepuluh orang putranya menjadi sepuluh matahari. Ini dimaksudkan agar mereka dapat secara bergantian mengelilingi langit setiap hari sehingga dapat membantu rakyat untuk berternak dan bertani. Namun sepuluh orang muda tersebut tidak mematuhi perintah dan mereka keluar secara bersamaan yang menyebabkan panas dari sepuluh matahari secara bersama-sama menyinari bumi dan mengakibatkan panas yang sangat hebat.

Banyak manusia dan binatang meninggal, sungai-sungai menjadi kering, hutan-hutan terbakar, dan berbagai penderitaan hebat lainnya. Rakyat memohon agar surga memberikan kasihnya. Dan permohonan ini didengar oleh Kaisar Langit, yang lalu memerintahkan Hou Yi, seorang Dewa yang gagah, untuk turun ke bumi menyelesaikan masalah tersebut.

Hou Yi adalah Dewa yang pemberani dan beruntung. Istrinya adalah Chang-E (嫦娥) yang penyendiri, dan mereka sangat saling mencintai dan tidak terpisahkan. Mereka terkenal dengan nama “Sepasang Dewa Dewi Cinta”. Namun hidup diantara manusia tidak semudah hidup di surga, dan Chang-E tidak berkeinginan untuk itu. Namun Hou Yi tidak dapat menentang perintah dari Kaisar Langit, dan Chang-E tidak ingin berpisah dari suaminya. Maka dengan perasaan berat, dia mendampingi Hou Yi ke daerah liar di timur. Hou Yi adalah seorang pemanah yang hebat, dan dari surga membawa busur gaib yang dapat memanah apa saja di langit diluar jangkauan manusia.

Kemudian rakyat dari daerah timur mengangkatnya sebagai ketua. Bagaimanapun juga posisi tersebut tidaklah membawa bahagia bagi Hou Yi, karena harus menghadapi kenyataan bahwa sepuluh matahari terus menerus menghanguskan tanaman, menyebabkan binatang-binatang ternak mati kelaparan, mengeringkan sungai-sungai, meluasnya penyakit-penyakit, dan banyak rakyat meninggal. Melihat hebatnya penderitaan rakyat, dia mendaki Gunung Tienshan dan berbicara dengan sepuluh matahari. “Kasihanilah rakyat dan keluarlah hanya satu secara bergantian, jangan keluar secara bersamaan”, mohon Hou Yi. “Kenapa kita harus begitu?”, tanya salah satu matahari.

Karena jika kalian semua muncul secara bersamaan, cahaya dan panas kalian membuat rakyat dan mahluk hidup lainnya menderita”, jawab Hou Yi. Tanya matahari yang lain, “apa urusan manusia dengan kami?” “Ya benar! Kami sepuluh bersaudara sangat senang bermain bersama setiap hari di langit. Betapa hampa dan membosankan bila kami mengelilingi langit secara bergantian”, tambah matahari lainnya.

Namun Surga sangat sayang kepada mahluk hidup, dan saya berbicara kepada kalian atas perintah Kaisar Langit”, kata Hou Yi. Meskipun Hou Yi berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk memberikan penjelasan, tetapi mereka tidak menghiraukan. Salah seorang berkata dengan sombong “Kami adalah putra dari Kaisar Langit, dan siapakah kamu berani mencampuri urusan kami?”

Lalu kesepuluh matahari dengan sombongnya mengeluarkan panasnya ke bumi, yang mengakibatkan hutan-hutan terbakar, burung dan binatang berlarian menghindar dan manusia berusaha untuk menyelamatkan hidup. Perbuatan tersebut membuat Hou Yi kehilangan kesabaran, sehingga dia mengambil busur dan panahnya, dan memanah matahari tersebut satu per satu.

Pada saat Hou Yi akan memanah matahari yang terakhir, sang matahari memohon agar Hou Yi memberikan pengampunan, dan matahari tersebut berjanji mematuhi semua tugas yang diberikan dan hanya akan keluar pada siang hari. Setelah kejadian itu, rakyat sangat menikmati hidup mereka, mereka bekerja pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Hou Yi lalu melaporkan semua yang dilakukannya kepada Kaisar Langit, yang sangat marah karena Hou Yi membunuh sembilan putranya dengan kejam.

Kaisar Langit menolak Hou Yi kembali ke surga. Kaisar Langit mengatakan bahwa Hou Yi sangat dinantikan oleh rakyat di kawasan timur yang telah mengangkatnya sebagai ketua dari suku-suku tersebut, dan menginginkan agar Hou Yi dapat berjuang untuk kesejahteraan umat manusia. Maka Hou Yi tidaklah dapat pulang ke surga, dan di bumi sangat banyak pekerjaan yang harus dilakukannya.

Jika seseorang ingin menguasai alam, yaitu dengan berkuasa atas serangga dan binatang buas, maka dia pertama-tama harus belajar untuk bertarung. Maka Hou Yi mulai melatih rakyat memanah. Hou Yi sangat sibuk dengan semua pekerjaan yang ada sehingga dia jarang pulang ke rumah, dan ini menyebabkan Chang-E merasa ditelantarkan dan kesepian.

Kisah Mitologi Chang'e (Mitologi tiongkok) yang menjadi updatean baru karakter hero Mobile Legend

Yang paling membuat Chang-E sedih adalah kenyataan bahwa dia sekarang adalah seorang manusia, yang tidak dapat menghindari penderitaan manusia, seperti melahirkan, menjadi tua, sakit dan meninggal. Chang-E sangat marah terhadap perbuatan Hou Yi yang memanah jatuh matahari-matahari yang merupakan putra dari Kaisar Langit tersebut.

Hou Yi sangat mencintai istrinya, dan untuk menghindari pertengkaran yang selalu terjadi, maka dia berkelana sendirian. Dengan cara ini dia lebih dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan dunia. Dalam pengembaraan, Hou Yi melakukan banyak perbuatan baik. Salah satu perbuatan baik Hou Yi yang sangat terkenal adalah membunuh seekor monster berkepala sembilan.

Semua perbuatan baik yang dilakukan membuat nama Hou Yi semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon kepada Kaisar Langit agar dia dan istrinya dapat kembali ke surga, namun Kaisar Langit tetap tidak memaafkan perbuatan Hou Yi. Sehingga lama kelamaan, Hou Yi dan Chang-E harus berusaha keras agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Manusia tidak dapat menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan kecemasan.

Maka saat Hou Yi berkelana, yang bertujuan untuk melakukan banyak perbuatan baik bagi rakyat jelata, semakin terdapat jarak antara dia dengan sang istri. Pada saat itulah Hou Yi bertemu dengan Mi Fei, yang merupakan salah satu wanita tercantik yang ada. Mi Fei merupakan salah satu keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.

Dahulu, Mi Fei kehilangan keseimbangan dan tenggelam di sungai Lo, yang kemudian membuat Mi Fei menjadi Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan Feng Yi, Dewa Air, yang mengendalikan Sembilan Sungai. Mi Fei sedang bermain di sungai suatu hari pada saat Hou Yi sedang mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah menikah dan tidak ingin orang asing melihatnya, maka dia menyelam ke dalam air. Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei dan mengira Mi Fei tenggelam, maka Hou Yi meloncat ke sungai untuk menyelamatkan Mi Fei.

Secara tidak disadari, Mi Fei merasa senang pada saat ditolong oleh Hou Yi. “Kamu lebih baik pergi, karena jika suamiku melihatmu maka kamu akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi. “Suamimu? Kamu memiliki suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan. “Siapakah dia?” “Feng Yi, Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa karena mendengar nama Feng Yi yang memiliki reputasi buruk.

Dalam hati, Hou Yi sangat menyayangkan kenyataan bahwa wanita cantik ini ternyata memiliki suami semacam Feng Yi. “Bagaimana kamu bisa tertawa? Suamiku memiliki sifat yang buruk, dan dia pasti akan membunuhmu.” “Maka apakah kamu adalah Dewi Lo?”, tanya Hou Yi. “Ya!” “Itu tidak apa-apa! Jika Feng Yi memang bisa membunuhku, saya tidak akan keberatan selama saya bisa bersama wanita cantik sepertimu”, kata Hou Yi.

Namun saya meragukan kemampuan Feng Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang mampu membunuh matahari di langit”. Mi Fei melihat busur dan panah gaib yang ada dan menyadari siapakah Hou Yi sebenarnya. Mungkin karena Mi Fei menyukai Hou Yi, atau karena Mi Fei merasa kesepian sekian lama, maka Mi Fei tiba-tiba menangis di pundak Hou Yi. Hou Yi juga melupakan sang istri di rumah.

Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei melupakan Feng Yi. Namun percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari saat mereka sedang berbincang-bincang dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki mereka. Dia sangat marah dan mengubah diri menjadi seekor naga putih. Lalu mengamuk, menyapu semua kuda-kuda dan menghancurkan ladang pertanian yang ada di sekitar sungai. Berpikir bahwa naga itu adalah seekor naga yang jahat, Hou Yi mengambil busurnya dan melepaskan sebuah panah. Mi Fei berusaha menghentikan Hou Yi, karena dia mengetahui penyamaran suaminya, namun dia terlambat. Panah itu membutakan satu mata Feng Yi, yang lalu melaporkan kejadian itu kepada Kaisar Langit.

Karena Hou Yi telah banyak melakukan perbuatan baik dan menghadapai kenyataan bahwa sebenarnya Hou Yi sedang menjalani hukuman karena membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya mengatakan agar Hou Yi tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya yang bisa dilakukan Hou Yi adalah pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak menyambut dengan gembira.

Bagaimana bisa kamu pulang kesini setelah apa yang kamu lakukan? Pulanglah kamu ke perempuan yang tidak tahu malu itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, karena menyadari bahwa dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak puas dengan keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan Sungai dan memerintahkan mereka membuat awan dan hujan selama satu bulan penuh.

Bencana ini menandingi bencana yang pernah ditimbulkan sepuluh matahari. Semua binatang dan tanaman tenggelam, yang menyebabkan rakyat kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan panahnya, memanggil semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan ikan untuk memberi makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak merasa senang dengan memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin makan buah-buahan dan dia meminta Hou Yi menunjukkan kegagahannya.

Saya dahulu dapat mengambil bintang untukmu”, kata Hou Yi, “namun sekarang kita adalah manusia dan seluruh daerah dilanda banjir dan semuanya mati, dimana kamu mengharapkan saya bisa mendapatkan buah-buahan?”

Itu semua salahmu! Kenapa kamu harus membunuh sembilan matahari itu? Seharusnya kamu sadar bahwa mereka adalah anak dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kamu bisa juga bermesraan dengan Mi Fei yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak Chang-E sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah. “Baiklah, itu semua salahku. Tenanglah. Marah akan membuat kamu cepat menjadi tua”, kata Hou Yi dengan penuh kesabaran.

Mendengar kata “tua”, Chang-E tertegun dan melihat bayangannya di air. Dan Chang-E terkejut menyaksikan kerut-kerut pada mukanya. Dia menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang wajar pada manusia, dan kejadian itu tidak dapat dihindarinya. Chang-E berteriak-teriak histeri. “Saya tidak ingin berubah! Saya tidak ingin menjadi jelek! Saya ingin kembali ke surga!”

Itu tidak mungkin”, kata Hou Yi, “Kaisar Langit tidak mengijinkan kita kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya tidak mau menjadi tua! Saya tidak mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara agar saya tetap abadi dan cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”, kata Hou Yi. Hou Yi kebingungan. Dimana dia bisa mendapatkan cara membuat seseorang abadi dan tetap cantik?

Namun bila dia tidak mendapatkannya, itu akan berterusan tanpa akhir. Maka dia pergi dan tidak berani pulang ke rumah. Hou Yi ingin pergi ke tempat Mi Fei namun dia takut melanggar perintah Kaisar Langit, itu membuat semangatnya semakin turun dari hari ke hari. Hou Yi menjadi pemabuk, dan mulai menunjukkan sifat kasar.

Hou Yi mulai bersikap kasar kepada para murid dan anggota sukunya. Dan itu membuat orang-orang tidak menyukai Hou Yi, terutama Feng Meng dan seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng telah lama belajar memanah dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi Hou Yi. Dia secara rahasia menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak apa-apa karena dia takut akan busur dan panah gaib yang dimiliki Hou Yi. Sedangkan Han Cho adalah seorang tamak yang menginginkan menjadi ketua menggantikan Hou Yi, tentunya jika Hou Yi dibinasakan. Maka mereka berdua merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan Chang-E.

Mereka mengatakan kepada Hou Yi bahwa Ibu Raja yang tinggal di puncak Gunung Kunlun memiliki ramuan yang dapat membuat seorang abadi dan tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung Kunlun yang penuh dengan bahaya, dimana akhirnya dia bisa menjumpai Ibu Raja. Karena pengorbanan yang dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai puncak Gunung Kunlun, Ibu Raja memberikan sebuah pil keabadian.

Seseorang yang memakan pil ini akan dapat ke surga, Ibu Raja berkata kepada Hou Yi, namun jika dua orang membaginya, maka mereka berdua dapat hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu tepat pada tanggal 15 bulan 8, ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut. Hou Yi sangat gembira mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk memberitahu Chang-E.

Mereka membagi pil tersebut menjadi dua dan akan memakannya pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka berdua dapat menjadi abadi. Saat itu adalah tanggal 12 bulan 8, tiga hari kemudian merupakan hari yang ditunggu. Namun Hou Yi mendengar adanya “ramuan permata” di Gunung Tienshan yang dapat membuat wanita semakin cantik.

Maka untuk membuat Chang-E bahagia dan menebus kesalahan yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapatkan ramuan tersebut. Menurut perhitungan Hou Yi, dia akan mendapatkan ramuan itu dan kembali ke rumah dalam waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi kejutan kepada Chang-E, dia tidak mengatakan apa-apa mengenai kepergiannya. Tiga hari berlalu dan Chang-E melihat bahwa Hou Yi tidak akan kembali.

Dia bertanya kepada Feng Meng mengenai hal itu, dan Feng Meng berkata bahwa dia tidak diperbolehkan untuk berkata apa-apa. Karena ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya mengatakan bahwa, “Hou Yi tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa tidak? Kemana dia pergi?”, tanya Chang-E. “Saya tidak dapat mengatakannya. Hou Yi akan membunuh saya!” “Tidak. Hou Yi tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu. Katakan saja”, desak Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari Mi Fei”, bohong Feng Meng. Chang-E tertegun. Betapa tidak tahu budi suaminya. Chang-E sangat marah mendengarkan hal itu.

Dan saat bulan mulai muncul, Chang-E mengambil pil keabadian yang telah diberikan oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju ke halaman dan memandang ke langit. Dia mengenang semua kehidupan bahagia yang pernah dinikmati di surga. Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada penderitaan, dan tidak ada kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa enak hidup di surga, pikir Chang-E. Sekarang Chang-E memiliki pil keabadian. Namun, apakah Hou Yi akan pulang?

Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi berencana untuk memakan pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya? Kebahagian di surga, dan penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi dengan berbagai kemelut emosi.

Tiba-tiba, Chang-E mendengar suara derap tapak kuda, dan menebak bahwa itu pasti suaminya pulang. Dengan penuh kebingungan, dia meminum pil itu semuanya, dan saat itu juga dia merasa tubuhnya semakin ringan dan mulai melayang di udara. “Chang-E! Chang-E!”, teriak Hou Yi sambil memegang erat ramuan permata yang didapatkan dari Gunung Tienshan. Namun Chang-E tidak menghiraukannya. Chang-E terus melayang semakin cepat dan cepat.

Dengan penuh kemarahan Hou Yi melempar ramuan permata dan mengambil busur serta panah gaibnya, namun dia tidak berani untuk memanah. Chang-E ingin pergi ke surga, namun dia malu kepara para Dewa-Dewi di surga yang telah menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya. Maka dia menjadi takut dan mengubah arah ke bulan yang dingin dan sepi.

Hou Yi menyaksikan semuanya dari bumi, dan berpikir bahwa dia dapat memanah jatuh bulan. Dia dapat melakukan hal itu, namun dia tidak berani menghadapi kenyataan bahwa dia akan membunuh istrinya yang tersayang. Maka, dengan penuh kemarahan, dia mematahkan busur dan panah gaibnya. Kenapa harus tetap memiliknya, jika dia ternyata tetap tidak dapat menolong istrinya?

Feng Meng dan Han Cho melihat semua kejadian dari tempat tersembunyi, dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih. Dengan satu perintah, dua orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi dan akan membunuh Hou Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi tetap tidak dapat dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh murid-murid beserta pengikut yang telah mengkhianatinya.

Dan kemudian Hou Yi bimbang karena hidup sendiri di bumi, sedangkan istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi dewi Bulan yang konon tinggal hanya dengan seekor kelinci pemberian dari dewi-dewi di surga. Setiap malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia berpikir istrinya juga merindukannya, maka dia setia menunggu Chang`E menengoknya turun ke bumi.

Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin tua. Setiap malam Hou Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan makanan kesukaan istrinya Kue Bulan karena dia selalu berharap istrinya akan turun kembali menemuinya di bumi. Namun ternyata hal itu tak dapat terwujud hingga akhir usia Hou Yi.

Kaisar Langit yang melihat kehidupan Hou Yi yang kesepian lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi meninggal, Hou Yi diangkat oleh Kaisar Langit dan dijadikan Dewa Matahari. Kini setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh, orang Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan ini dikenal sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan Bulan
Night Mode