Soekarno
dan Hatta adalah dua orang yang memiliki pertalian unik dalam persahabatan.
Kedua orang yang menjadi tokoh sentral dalam proklamasi kemerdekaan indonesia
ini sangat terkenal dengan sebutan dwi tunggal.
Mereka
sudah bersahabat sejak masa perjuangan melawan belanda. Keduanya terus bersama
bahu – membahu melewati
segala hal dalam meraih kemerdekaan, hingga akhirnya terpilih sebagai presiden
dan wakil presiden. Banyak kisah
yang terjadi didalam persahabatan mereka. Soekarnolah yang menjodohkan Hatta
dengan Rachmi Rachim. Dan hatta lah yang menggantikan Soekarno menjadi wali
untuk anaknya Guntur Soekarnoputra. namun
persahabatan mereka ada kalanya tak selalu sejalan. Dalam perjalanannya Dwi
tunggal ini berpisah semata-mata karena pandangan politik yang sudah berbeda.
Sebagai seorang democrat sejati dan seorang politikus kawakan, Hatta memilih
mundur untuk memberi kesempaatan kepada Soekarno membuktikan pendirian dan
konsepnya. Meskipun begitu, Hatta tetap mengkritik kebijakan-kebijakan politik
Soekarno bila dirasa mulai menyimpang.
Perbedaan tak menghalangi persatuan batin antara
Soekarno-Hatta. Perbedaan pandangan politik tak membuat mereka saling membenci
namun justru malah saling menghargai dan menyatakan dengan jujur akan kebenaran
pihak lain yang dianggapnya benar. Serang menyerang soal ide negera antar
keduanya adalah hal yang biasa. Tapi soal hal pribadi mereka tetap menjaga
silaturahmi dan tidak menyakiti hati masing-masing
Hebatnya lagi meski mereka terpisah dan sering silang
pendapat, persahabatan mereka tetap terjaga. Mereka berdua tetap saling
bertemu, suatu kisah tahun 1962 bung hatta sakit. Bung karno menyempatkan diri
menengok sahabatnya, lalu memutuskan agar bung hatta memperoleh perawatan yang
lebih baik ke luar negeri. Akhirnya bung hatta dapat berobat ke Swedia .
Begitupun sebaliknya, pasca 30 september 1965, bung
karno adalah tahanan rumah orde baru. Pertemuan antara keduanya mulai terbatasi
oleh adanya peraturan yang melarang siapapun untuk bertemu dengan bung karno,
hingga akhirnya jatuh sakit yang demkian parah. Melhat sahabatnya sakit parah
akhirnya bung hatta mengajukan permohonan terhadap presiden soeharto agar bung
karno dirawat di rumah sakit. Bung karno akhirnya dirawat dI RS Gatot Subroto.
Meskipun dengan pengawalan yang ketat.
Bung Karno telah beberapa hari tergolek sakit di wisma
yaso. Sehingga Bung Hatta kembali mengajukan permohonan kepada presiden
Soeharto agar diijinkan menengok sahabatnya yang telah dirundung malang
tersebut. Seperti diberi kekuatan untuk menyaksikan kedatangan bung hatta.
Berkata lirih Soekarno kepada Hatta
“Hatta kau disini ?” dan bung hatta pun menjawab “ Ya, Bagaimana keadaan mu
No?” sambal memegang lembut tangan sahabatnya yang terbaring tak berdaya.
Kemudian bung karno melanjutkan sapaan lemahnya “ Hoe at het met jou”
(Bagaimana keadaanmu?) Hatta tak kuasa lagi menahan derasnya arus kesedihan
demi mendengar sahabatnya menyapanya dalam Bahasa belanda yang mengngatkannya
dengan masa-masa penuh nostalgia. Setlah itu Soekarno menangis terisak-isak
dihadapan teman seperjuangannya..
Seketika Hatta pun tak kuasa
membendung air mata. Kedua sahabat yang lama berpisah saling berpegang tangan
seolah takut berpisah. “No” hanya kata itu yang sanggup hatta ucapkan. Bibirnya
gemetar menahan kesedihan, bahunya terguncang karena ledangan emosi yang
menyesakan dada, yang mengalirkan air mata. Keduanya tetap berpegangan tangan.
Bahkan, kemudian bung karno mnta
dipakaikan kacamata agar melihat sahabatnya lebih jelas. Selajutnya keduanya
hanya bertatap mata dan berbicara melalui Bahasa mata.sungguh ada sejuta makna
yang tertumpah pada sore hari yang bersejarah itu. Selanjutnya bung karno hanya
diam, seolah pasarah menunggu datangnya malaikat penjemput. Pertemuan tersebut
menjadi pertemuan terakhir mereka berdua, karena dua hari sesudahnya bung karno
harus wafat, pergi meninggalkan sahabatnya Sumber : Intisari-online.com
Buku : The Love Story of Bung Karno.
Majalah Historia
No comments:
Post a Comment