Sunday, August 13, 2017

Dwi Tunggal Indonesia (Soekrano-Hatta)

Soekarno dan Hatta adalah dua orang yang memiliki pertalian unik dalam persahabatan. Kedua orang yang menjadi tokoh sentral dalam proklamasi kemerdekaan indonesia ini sangat terkenal dengan sebutan dwi tunggal.
Mereka sudah bersahabat sejak masa perjuangan melawan belanda. Keduanya terus bersama bahu – membahu melewati segala hal dalam meraih kemerdekaan, hingga akhirnya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Banyak kisah yang terjadi didalam persahabatan mereka. Soekarnolah yang menjodohkan Hatta dengan Rachmi Rachim. Dan hatta lah yang menggantikan Soekarno menjadi wali untuk anaknya Guntur Soekarnoputra. namun persahabatan mereka ada kalanya tak selalu sejalan. Dalam perjalanannya Dwi tunggal ini berpisah semata-mata karena pandangan politik yang sudah berbeda. Sebagai seorang democrat sejati dan seorang politikus kawakan, Hatta memilih mundur untuk memberi kesempaatan kepada Soekarno membuktikan pendirian dan konsepnya. Meskipun begitu, Hatta tetap mengkritik kebijakan-kebijakan politik Soekarno bila dirasa mulai menyimpang.
Perbedaan tak menghalangi persatuan batin antara Soekarno-Hatta. Perbedaan pandangan politik tak membuat mereka saling membenci namun justru malah saling menghargai dan menyatakan dengan jujur akan kebenaran pihak lain yang dianggapnya benar. Serang menyerang soal ide negera antar keduanya adalah hal yang biasa. Tapi soal hal pribadi mereka tetap menjaga silaturahmi dan tidak menyakiti hati masing-masing
Hebatnya lagi meski mereka terpisah dan sering silang pendapat, persahabatan mereka tetap terjaga. Mereka berdua tetap saling bertemu, suatu kisah tahun 1962 bung hatta sakit. Bung karno menyempatkan diri menengok sahabatnya, lalu memutuskan agar bung hatta memperoleh perawatan yang lebih baik ke luar negeri. Akhirnya bung hatta dapat berobat ke Swedia .
Begitupun sebaliknya, pasca 30 september 1965, bung karno adalah tahanan rumah orde baru. Pertemuan antara keduanya mulai terbatasi oleh adanya peraturan yang melarang siapapun untuk bertemu dengan bung karno, hingga akhirnya jatuh sakit yang demkian parah. Melhat sahabatnya sakit parah akhirnya bung hatta mengajukan permohonan terhadap presiden soeharto agar bung karno dirawat di rumah sakit. Bung karno akhirnya dirawat dI RS Gatot Subroto. Meskipun dengan pengawalan yang ketat.
Bung Karno telah beberapa hari tergolek sakit di wisma yaso. Sehingga Bung Hatta kembali mengajukan permohonan kepada presiden Soeharto agar diijinkan menengok sahabatnya yang telah dirundung malang tersebut. Seperti diberi kekuatan untuk menyaksikan kedatangan bung hatta.
            Berkata lirih Soekarno kepada Hatta “Hatta kau disini ?” dan bung hatta pun menjawab “ Ya, Bagaimana keadaan mu No?” sambal memegang lembut tangan sahabatnya yang terbaring tak berdaya. Kemudian bung karno melanjutkan sapaan lemahnya “ Hoe at het met jou” (Bagaimana keadaanmu?) Hatta tak kuasa lagi menahan derasnya arus kesedihan demi mendengar sahabatnya menyapanya dalam Bahasa belanda yang mengngatkannya dengan masa-masa penuh nostalgia. Setlah itu Soekarno menangis terisak-isak dihadapan teman seperjuangannya..
            Seketika Hatta pun tak kuasa membendung air mata. Kedua sahabat yang lama berpisah saling berpegang tangan seolah takut berpisah. “No” hanya kata itu yang sanggup hatta ucapkan. Bibirnya gemetar menahan kesedihan, bahunya terguncang karena ledangan emosi yang menyesakan dada, yang mengalirkan air mata. Keduanya tetap berpegangan tangan.
            Bahkan, kemudian bung karno mnta dipakaikan kacamata agar melihat sahabatnya lebih jelas. Selajutnya keduanya hanya bertatap mata dan berbicara melalui Bahasa mata.sungguh ada sejuta makna yang tertumpah pada sore hari yang bersejarah itu. Selanjutnya bung karno hanya diam, seolah pasarah menunggu datangnya malaikat penjemput. Pertemuan tersebut menjadi pertemuan terakhir mereka berdua, karena dua hari sesudahnya bung karno harus wafat, pergi meninggalkan sahabatnya 

Sumber : Intisari-online.com

                Buku : The Love Story of Bung Karno. 
               Majalah Historia

No comments:

Post a Comment

Night Mode