Selama
ini dalam pelajaran sejarah di sekolah kita selalu diberikan
“pengetahuan” bahwa Indonesia telah dijajah dan dikuasai oleh Belanda
selama 300 sekian tahun. “Pengetahuan” yang disampaikan oleh guru-guru
kita itu mungkin dengan asumsi bahwa Belanda mulai masuk ke wilayah
Nusantara pada tahun 1602, sementara Indonesia baru merdeka pada tahun
1945. Jika kita telaah lebih lanjut, dengan segala hormat kepada para
guru, ternyata ucapan ataupun “pengetahuan” yang dikutip guru-guru mulai
dari Sekolah Dasar hingga (sebagian) di Perguruan Tinggi itu bukan
hanya salah kaprah, tapi secara langsung atau tidak telah amat
merendahkan harga diri kita sebagai BANGSA INDONESIA di mata bangsa
lain.
Bayangkan, bangsa Indonesia telah dijajah oleh (bangsa)
Belanda selama 300 sekian tahun. Dari kalimat ini saja, bangsa lain bisa
bertanya-tanya apakah bangsa Indonesia sedemikian bodohnya sehingga
bisa dijajah dan dikuasai oleh bangsa Belanda selama sekian ratus tahun
tanpa ada upaya perlawanan apapun (sebelum muncul Gerakan Boedi Oetomo
dan Soempah Pemoeda). Kalau kita lihat dari kurun waktu yang 300 sekian
tahun, berarti setidaknya 6 generasi atau lebih telah mengalami masa
penjajahan tersebut.
Sejarah.
Sekarang mari kita lihat
sejarahnya (silahkan koreksi kalau keliru). Bangsa Belanda mulai masuk
ke tanah Nusantara pada tahun 1602 melalui Verenigde Oostindische
Compagnie (VOC) dengan diselingi oleh masuknya kekuasaan Inggris sekitar
tahun 1811-1816 dan Jepang sekitar 1942-1945. Pada waktu Belanda mulai
memasuki wilayah Nusantara, saat itu tidak atau belum terdapat negara
yang disebut Indonesia. Ketika itu belum terdapat bangsa Indonesia. Yang
ada ketika itu adalah suku-suku bangsa dari kepulauan Nusantara yang
tersebar dan terdiri dari kerajaan-kerajaan lokal.
Bangsa
Belanda dengan bendera VOC yang pada awalnya memasuki wilayah Nusantara
untuk mencari atau membeli rempah-rempah (kemudian diperdagangkan),
lama kelamaan ingin menguasai bukan saja barang perdagangannya, tapi
juga isi kekayaan alam di seluruh wilayah Nusantara. Dengan ambisi
Belanda yang demikian, berangsur-angsur kerajaan-kerajaan di pulau Jawa,
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dll mulai diadu domba oleh
Belanda dengan politiknya yang dikenal waktu itu: devide et impera.
Kerajaan-kerajaan dimaksud diadu domba untuk saling menyerang dan
menguasai satu sama lain hingga akhirnya satu demi satu menjadi lemah
dan akhirnya tunduk dibawah pengaruh dan kekuasaan pemerintah Hindia
Belanda.
Terminologi INDONESIA.
Sementara itu, sebutan
atau terminologi INDONESIA secara resmi baru digunakan mulai 17 Agustus
1945, dengan diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia yang
diwakili oleh Soekarno-Hatta pada waktu itu dan diikuti adanya pengakuan
dari negara-negara lain. Atau kalau toh kita harus sedikit menoleh
kebelakang, kata Indonesia baru diucapkan melalui Soempah Pemoeda 28
Oktober 1928. Tapi sayangnya, Soempah Pemoeda 1928 yang diikrarkan oleh
wakil-wakil dari berbagai suku bangsa pada waktu itu bukan merupakan
pernyataan kemerdekaan, sehingga tidak terdengar atau terdapat pengakuan
dari bangsa atau negara lain. (Catatan: Dalam Wikipedia tentang
“Sejarah nama Indonesia” disebutkan bahwa Pribumi yang mula-mula
menggunakan istilah “Indonesia” adalah R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia
mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau).
Kembali kepada terminologi kata INDONESIA yang baru secara resmi
diproklamirkan mulai 17 Agustus 1945. Dengan titik tolak poklamasi 17
Agustus 1945 tersebut, maka pada 17 Agutus 2017, berarti Indonesia
sebagai entitas negara, baru akan berusia 72 tahun. Atau kalau dilihat
sejak Soempah Pemoeda 1928, keberadaan bangsa Indonesia pun baru 89
tahun. Belum 100 tahun..!! Jadi, bagaimana mungkin dikatakan bahwa
Indonesia telah dijajah oleh Belanda selama 300 sekian tahun..?!
Tapi yang terpenting dari semuanya, bahwa melalui Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itulah baru kemudian INDONESIA - sebagai
bangsa dan negara- dikenal dan mendapatkan pengakuan secara resmi dari
bangsa bangsa lain di dunia. Seperti kita ketahui bersama, terlepas dari
pengakuan pemerintah Belanda terhadap Indonesia yang baru
dikeluarkannya pada tahun 1949, bahwa sejak proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan kemudian mendapat pengakuan dari negara-negara lain,
Indonesia sebagai negara dan bangsa, tidak pernah dijajah bangsa lain
hingga sekarang.
Oleh karenanya, mari mulai sekarang jangan
pernah lagi kita mengatakan kepada generasi muda pada umumnya, bahwa
Indonesia telah pernah dijajah Belanda selama 300 sekian tahun..!!. Yang
ada, justru Indonesia sejak 17 Agustus 1945 tidak pernah dijajah oleh
bangsa manapun..!!
300 tahun hanyalah akal-akalan Bung Karno dalam mensiasati semangat bangsa Indonesia agar api semangatnya berkobar dalam menghadapi para penjajah.
Sebagai catatan lainnya, jika dari
kebanyakan buku-buku Sejarah Indonesia saat ini masih menyebutkan bahwa
“Indonesia dijajah oleh Belanda selama 300 sekian tahun”, maka sudah
saatnyalah buku-buku sejarah tersebut direvisi. Satu dan lain hal, bukan
saja untuk mendudukkan sejarah pada proporsi yang sebenarnya, tapi
juga untuk menghindari adanya pengkerdilan Indonesia baik sebagai bangsa
maupun sebagai negara di mata bangsa lain.
Wednesday, August 30, 2017
Fakta dibalik proklamasi kemerdekaan Indonesia
MERDEKA.
Begitulah kita dengungkan saat dimana Indonesia memperngati hari lahirnya.
Saat di mana sebuah Negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah
bagian negaranya. Dan Indonesia salah satunya yang mempunyai hak
kendali itu untuk negaranya dari penjajahan.
Hmm, kalau bicara tentang kemerdekaan tahun ini Indonesia memperingati hari Kemerdekaannya (17 Agustus 1946-17Agustus 2017) yang ke 72 tahun. Kemerdekaan yang di mana jika dilihat dari segia usia Indonesia sudah semakin dewasa. Apalagi dalam perkembangan di zaman sekarang ini, Indonesia sudah bisa disetarafkan oleh Negara-negara berkembang.
Kelompok D-8 Negara Berkembang, begitulah disebut dimana Indonesia tergabung di dalamnya. Atau, yang disingkat menjadi D-8 Developing 8 Countries.
Dan semua mencakup delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam yang berkeinginan mempererat kerja sama dalam pembangunan. Dan delapan anggotanya itu mencakup diantaranya: Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan dan Turki
Tapi tahukah Anda di balik hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu mempunyai makna filosofi yang amat dalam. Terlebih bagi kaum mayoritas muslim di Indonesia tentu amat mengharukan bila diketahui dengan seksama. Bahwa dibalik filosofi kemerdekaan Indonesia banyak mengandung makna yang tersirat agar rakyat Indonesia mengkontemplasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ya, inilah sebagian makna dibalik filosofi yang terkandung di dalam hari Kemerdekaan Indonesia yang sengaja saya rangkum. Guna untuk kita sebagai rakyat Indonesia mengetahuinya yang selama ini tak pernah diketahui.
# Peristiwa besar yang begitu sederhana
Ketika upacara Kemerdekaan Indonesia yang pertama dilangsungkan di Jln. Pegangsaan Timur No. 56. Dan tiang bendera yang menjadi tempat Sang Saka Merah Putih dikibarkan terbuat dari batang bambu yang ditanam di tengah lapang beberapa menit menjelang upacara. Itulah kenyataannya yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nantikan seluruh rakyat Indonesa selama lebih 300 tahun lamanya.
# Bersamaan dengan hari Jum’at pada bulan Ramadhan
Hari Kemerdekaan Indonesia ketika pembacaan proklamasi semua terjadi pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Dan bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H.
# Pengakuan Palestina terhadap Kemerdekaan Indonesia
Tak ada satu negara yang tegas mengakui Kemerdekaan Indonesia oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini hadir sebagai sosok negarawan yang pertama memberikan pengakuan dan ucapan selamat atas Kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya itu beliau juga mendesak kepada negara-negara Timur Tengah untuk mengakui Kemerdekaan Indonesia sekaligus menyakinkan Negara-negara Islam semacam Mesir, Suriah, Irak, Linabino, Yaman, Arab Saudi dan Afghanistan.
Bukan hanya itu fakta yang terakhir Indonesia memperjuangkan Kemerdekaan Palestina dari penjajahan Zionis-Israel.
# Naskah asli proklamasi yang terselamatkan.
Awalnya draft teks Proklamasi itu berakhir di sebuah keranjang sampah. Namun hal bisa terselamatkan dan tersimpan dengan baik oleh seorang wartawan BM. Diah. Wartawan itu menemukan naskah asli itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda pada 17 Agustus 1945 dini hari. Lalu diserahkan kembali naskah itu kepada Soekarno setelah menyimpanya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
Bagaimana Anda sudah mengetahui apa yang ada dibalik makna filosofi Kemerdekaan Indonesia sebenarnya. Sungguh mengharukan dan berkesan, bukan! Saya rasa sudah sepatutnya rakyat Indonesia harus memperjuangkan Negara ini agar tetap damai dan bisa lebih maju dari Negara-negara lainnya
Hmm, kalau bicara tentang kemerdekaan tahun ini Indonesia memperingati hari Kemerdekaannya (17 Agustus 1946-17Agustus 2017) yang ke 72 tahun. Kemerdekaan yang di mana jika dilihat dari segia usia Indonesia sudah semakin dewasa. Apalagi dalam perkembangan di zaman sekarang ini, Indonesia sudah bisa disetarafkan oleh Negara-negara berkembang.
Kelompok D-8 Negara Berkembang, begitulah disebut dimana Indonesia tergabung di dalamnya. Atau, yang disingkat menjadi D-8 Developing 8 Countries.
Dan semua mencakup delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam yang berkeinginan mempererat kerja sama dalam pembangunan. Dan delapan anggotanya itu mencakup diantaranya: Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan dan Turki
Tapi tahukah Anda di balik hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu mempunyai makna filosofi yang amat dalam. Terlebih bagi kaum mayoritas muslim di Indonesia tentu amat mengharukan bila diketahui dengan seksama. Bahwa dibalik filosofi kemerdekaan Indonesia banyak mengandung makna yang tersirat agar rakyat Indonesia mengkontemplasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ya, inilah sebagian makna dibalik filosofi yang terkandung di dalam hari Kemerdekaan Indonesia yang sengaja saya rangkum. Guna untuk kita sebagai rakyat Indonesia mengetahuinya yang selama ini tak pernah diketahui.
# Peristiwa besar yang begitu sederhana
Ketika upacara Kemerdekaan Indonesia yang pertama dilangsungkan di Jln. Pegangsaan Timur No. 56. Dan tiang bendera yang menjadi tempat Sang Saka Merah Putih dikibarkan terbuat dari batang bambu yang ditanam di tengah lapang beberapa menit menjelang upacara. Itulah kenyataannya yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nantikan seluruh rakyat Indonesa selama lebih 300 tahun lamanya.
# Bersamaan dengan hari Jum’at pada bulan Ramadhan
Hari Kemerdekaan Indonesia ketika pembacaan proklamasi semua terjadi pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Dan bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H.
# Pengakuan Palestina terhadap Kemerdekaan Indonesia
Tak ada satu negara yang tegas mengakui Kemerdekaan Indonesia oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini hadir sebagai sosok negarawan yang pertama memberikan pengakuan dan ucapan selamat atas Kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya itu beliau juga mendesak kepada negara-negara Timur Tengah untuk mengakui Kemerdekaan Indonesia sekaligus menyakinkan Negara-negara Islam semacam Mesir, Suriah, Irak, Linabino, Yaman, Arab Saudi dan Afghanistan.
Bukan hanya itu fakta yang terakhir Indonesia memperjuangkan Kemerdekaan Palestina dari penjajahan Zionis-Israel.
# Naskah asli proklamasi yang terselamatkan.
Awalnya draft teks Proklamasi itu berakhir di sebuah keranjang sampah. Namun hal bisa terselamatkan dan tersimpan dengan baik oleh seorang wartawan BM. Diah. Wartawan itu menemukan naskah asli itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda pada 17 Agustus 1945 dini hari. Lalu diserahkan kembali naskah itu kepada Soekarno setelah menyimpanya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
Bagaimana Anda sudah mengetahui apa yang ada dibalik makna filosofi Kemerdekaan Indonesia sebenarnya. Sungguh mengharukan dan berkesan, bukan! Saya rasa sudah sepatutnya rakyat Indonesia harus memperjuangkan Negara ini agar tetap damai dan bisa lebih maju dari Negara-negara lainnya
Friday, August 25, 2017
Sejarah desa Sirampog
Hello guys, ketemu maning karo inyong wong brebes.
Saiki inyong pan cerita kyeh tentang sejarah atawa asal –usul desa sng ana neng
brebes. Desa ne arane desa sirampog. Kaya kiye kyeh ceritane
Katanya Sirampog
itu berasal dari dua kata, yaitu Siram
(Bhs. Jawa) yang artinya Mandi, dan Pog
(Pog-pogan/Bhs. Jawa) yang artinya terakhir. Jadi dari dua kata itu, bisa
diambil arti Sirampog artinya Mandi terakhir (mandinya orang mati), ceritanya
mungkin waktu itu yang mandi terakhir itu adalah orang yang berpengaruh di
wilayah tersebut. Sesepuh mungkin. Seperti itu katanya asal-muasal Sirampog.
Ada juga versi lain, katanya Sirampog itu dulunya
Perempatan Rusmen (Nama tempat) yang dijadikan tempat bertemunya para perampok
waktu jaman Penjajahan Belanda dari Kota Tegal. Mereka (para perampok)
berkumpul dan mengatur strategi perang kemerdekaan dalam bergerilya para
pejuang terdahulu, ribuan orang dari segala penjuru jateng kumpudi
Rusmen/Prapatan Sirampog (dari dulu sampai sekarang tempat ini jadi Pasar).
Begitu katanya sejarah nama Sirampog. Wah brarti kalau yang versi ini ada
benarnya ya yang mengarah pada konotasi Sirampog itu sebagai Perampok,
kumpulannya para Perampok. Hehehe
Ana maning cerita liane
Sirampog itu asal
kata dari Siram (Mandi) dan Pog (terakhir). Jadi jaman dulunya
Raden Arjuna (Raden Arjuna yg mana lagi nih??) itu mandi terakhir setelah
beristri yang ke sembilan di sumur yang sekarang disebut Sumur Penganten di
daerah Paingan. Terus Desa yang dipakai untuk bertapa dinamai Pengasinan
(tempat untuk mengasing). Makanya di pengasinan itu ada sumber mata air
yang namanya mata air gunung wayang yaitu sebelah utaranya mata air
kaligiri. (Perasaan gunung wayang masih di Kaligiri deeh.. hehe).
Desa istri yang ke sembilan R. Arjuna dinamai
Cikembang (Air Kembang), Air yang dibawa dari sumur pengantin tadi. Suatu
ketika Arjuana tidak ingin istri2 tuanya menginjakkan kaki di Sirampog. Dia
lalu memberi batas dengan kali (sungai) yang dinamakan Kali pedes. Limbangan
itu artinya pendeman (pemakaman), ceritanya dulu tempat untuk memakamkan orang2
pribumi, yang jadi korbannya Belanda.
Salah benarnya tidak ada yang tau pasti. Tapi semua
sejarah babad tanah leluhur patut dijadikan kekayaan budaya…Apalagi asal-usul
dari daerah kita sendiri.
Nah sekian disit ceritane gampang dilanjutna maning ya
guys.
Ora Ngapak –
Ora kepenak
Sumber : http://explorebrebes.blogspot.com
Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah.
Menurut Moh. Ali, yang dimaksud sumber sejarah adalah segala sesuatu yang
berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman
purba sampai sekarang. Sementara Muh. Yamin mengatakan bahwa sumber sejarah
adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.
Penggolongan Sumber Sejarah.
Sumber sejarah digolongkan berdasarkan bentuk dan wujud
Sumber tertulis
Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui
peninggalan-peninggalan tertulis, catatan peristiwa yang terjadi di masa
lampau, misalnya prasasti, dokumen, naskah, piagam, babad,surat kabar, tambo
(catatan tahunan dari Cina), dan rekaman. Sumber tertulis dikatan juga
keterangan tentang peristiwa masa lalu yang disampaikan secara tertulis dengan
mengguakan media tulis sepeti batu dan kertas. Sumber terulis dengan menggunakan
batu disebut prasasti. Di Indonesia, sumber tertulis berupa prasasti sangat
banyak. Dari keterangan prasasti itulah kita mengetahui adanya Kerajaan Kutai
di Kalimantan Timur dan Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat. Keduanya
dipercaya sebagai kerajaan tertua di Indonesia, dan keduanya menganut agama
Hindu. Reflika sumber tertulis berupa prasasti tersebut kini tersimpan di dalam
Museum Nasional di Jakarta.
Penemuan kertas menggantikan batu sebagai media penulisan. Informasi yang diiberikan media kertas lebih banyak dan lebih lengkap bila dibandingkan media batu. Tulisan pejabat VOC dan pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi sumber tertulis yang dijadikan dasar untuk merekonstruksi masa lalu bangsa Indonesia pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Informasi tertulis itu dapat berupa cerita, laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatan, atau laporan pejabat kepada atasanya tentang suatu peristiwa yang terjadi di wilayahnya. Kini data atau sumber tertlulis dengan menggunakan media kertas tersebut disimpan di dalam Arsip Nasional Republik Indonesia.
Sumber lisan
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari para pelaku atau
saksi mata dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, seorang
anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) yang pernah ikut Serangan Umum
menceritakan peristiwa yang dialami kepada orang lain, apa yang dialami dan
dilihat serta yang dilakukannya merupakan penuturan lisan (sumber lisan) yang
dapat dipakai untuk bahan penelitian sejarah. Cara memperolehnya yaitu dengan
melalui teknik wawancara kepada pelaku atau saksi sejarah. Pelaku sejarah
adalah orang yang secara langsung terlibat dalam peristiwa sejarah. Sebagai
contoh pelaku sejarah dalam perjuangan kemerdekaan, proklamasi kemerdekaan,
peristiwa Gerakan 30 September 1965, dan sebagainya.
Saksi sejarah ialah orang yang mengetahui suatu peristiwa sejarah, tetapi tidak terlibat secara langsung. Misalnya petani yang menyaksikan pertempuran pada masa perang kemerdekaan, atau masyarakat sekitar tempat tinggal Presiden Sekarno di jalan Pegangsaan Timur yang menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, atau orang-orang yang menyaksikan sekitar peristiwa Gerakan 30 September 1965 maupun Reformasi tahun 1998.
Arsip Nasional Republik Indonesia memiliki banyak rekaman hasil wawancara mereka terhadap pelaku sejarah. Hasil wawancara itu dapat dimanfaatkan untuk pelajaran sumber lisan.
Sumber benda (Artefak).
Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari
peninggalan benda-benda kebudayaan, misalnya, alat-alat atau benda budaya,
seperti kapak, gerabah,perhiasan, manik-manik, candi, patung, perhiasan,
peralatan perang, gerabah, manik-manik dan sebagainya. Sumber-sumber sejarah
tersebut belum tentu seluruhnya dapat menginformasikan kebenaran secara pasti.
Oleh karena itu, sumber sejarah tersebut perlu diteliti, dikaji, dianalisis,
dan ditafsirkan dengan cermat oleh para ahli.
Untuk mengetahui usia benda-benda sejarah dapat diketahui
dengan tiga cara. Pertama secara tipologi, yaitu menentukan usia benda
berdasarkan pada bentuk atau tipenya.
Kedua secara stratigrafi, yaitu menentukan usia benda berdasarkan usia lapisan tanah tempat benda ditemukan (lapisan tanah pada tingkat paling bawah menunjukkan usia benda semakin tua).
Kedua secara stratigrafi, yaitu menentukan usia benda berdasarkan usia lapisan tanah tempat benda ditemukan (lapisan tanah pada tingkat paling bawah menunjukkan usia benda semakin tua).
Ketiga secara kimiawi, yaitu menentukan usia benda sejarah
berdasarkan pada unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya.
Sumber sejarah berdasarkan Sifatnya
Sumber primer.
Sumber primer disebut juga sumber utama atau sumber asli. Merupakan informasi yang diperoleh secara langsung dari pelaku atau saksi peristiwa bersejarah. Contoh sumber primer tertulis adalah arsip-arsip. Arsip dianggap sebagai sumber primer karena ditulis pada saat terjadinya peristiwa yang dilaporkan. Untuk sumber primer yang berupa keterangan lisan, contohnya antara lain adalah naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sumber primer dapat menjadi sumber utama untuk melihat dan memahami kebenaran terhadap kejadian masa lalu.
Sumber sekunder.
Sumber sekunder berisi informasi atau keterangan yang diperoleh dari perantara, tetapi tidak memiliki hubungan secara langsung terhadap terjadinya peristiwa sejarah. Sumber ini disebut juga dengan sumber kedua. Contoh sumber sekunder tertulis adalah surat kabar sumber yang ditulis oleh sejarawan berdasarkan sumber primer atau sumber yang bukan merupakan kesaksian langsung pada periode sejarah yang diteliti oleh sejarawan.
Sumber tersier.
Sumber tersier merupakan keterangan lisan yang diperoleh atau disampaikan oleh pihak ketiga atau lebih. Pihak ketiga ini misalnya saksi ahli, yaitu seseorang yang memiliki keahlian pada bidang tertentu. Contohnya ahli sejarah, ahli antropologi, dan ahli arkeologi.
Sumber sejarah menjadi sangat penting untuk mengetahui kabar kehidupan masa lampau, hal ini dapat dilakukan melalui penelitian. Untuk merekontruksi kembali peristiwa-peristiwa masa lampau menjadi suatu kisah diperlukan adanya sumber sejarah, bukti, serta fakta-fakta sejarah. Dari sumber sejarah dapat diperoleh informasi yang menjelaskan tentang terjadinya suatu peristiwa tertentu. Dengan demikian sumber sejarah sangat penting dalam penulisan sejarah.
Ilmu bantu untuk mengungkap sumber-sumber sejarah
·
epigrafi, yaitu ilmu
yang mempelajari tulisan kuno atau prasasti;
·
arkeologi, yaitu ilmu
yang mempelajari benda/peninggalan kuno;
·
ikonografi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang patung
·
nomismatik, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang mata uan
·
ceramologi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang keramik;
·
geologi, yaitu ilmu
yang mempelajari lapisan bumi;
·
antropologi, yaitu
ilmu yang mempelajari asal-usul kejadian serta perkembangan makhluk manusia dan
kebudayaannya.
·
paleontologi, yaitu
ilmu yang mempelajari sisa makhluk hidup yang sudah membatu;
·
paleoantropologi,
yaitu ilmu yang mempelajari bentuk manusia yang paling sederhana hingga sekarang;
·
sosiologi, yaitu ilmu
yang mempelajari sifat keadaan dan pertumbuhan masyarakat;
·
filologi, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa
sebagaimana terdapat di bahan-bahan tertulis.
Bukti dan Fakta Sejarah.
Bukti peninggalan sejarah merupakan sumber penulisan sejarah. Fakta adalah hasil dari seleksi data yang terpilih. Fakta sejarah ada yang berbentuk benda konkret, misalnya, candi, patung, perkakas yang sering disebut artefak.
Fakta yang berdimensi sosial disebut sociofact,yaitu berupa jaringan interaksi antarmanusia, sedangkan fakta yang bersifat abstrak berupa keyakinan dan kepercayaan disebut mentifact.
Bukti dan fakta sejarah dapat diketahui melalui sumber primer dan sumber
sekunder.
Artefak.
Artefak adalah semua benda baik secara keseluruhan atau sebagian hasil garapan tangan manusia, contohnya, candi, patung, dan perkakas. Peralatan-peralatan yang dihasilkannya dapat menggambarkan tingkat kehidupan masyarakat pada saat itu (sudah memiliki akal dan budaya yang cukup tinggi), bahkan dapat juga meggambarkan suasana alam, pikiran, status sosial, dan kepercayaan para penciptanya dari suatu masyarakat, hal inilah yang perlu dicermati oleh para sejarawan.
Fakta sosial.
Fakta sosial adalah fakta sejarah yang berdimensi sosial, yakni kondisi yang mampu menggambarkan tentang keadaan sosial, suasana zaman dan system kemasyarakatan, misalnya interaksi (hubungan) antarmanusia, contoh pakaian adat, atau pakaian kebesaran raja.
Jadi fakta sosial berkenaan dengan kehidupan suatu masyarakat, kelompok masyarakat atau suatu negara yang menumbuhkan hubungan sosial yang harmonis serta komunikasi sosial yang terjaga baik.
Fakta sosial sebagai bukti sosial yang muncul di lingkungan
masyarakat mampu memunculkan suatu peristiwa atau kejadian. Masyarakat pembuat
logam memunculkan ciri sosial yang maju, berintegritas, dan mengenal teknik. Di
balik itu mereka memiliki tradisi animisme atau dinamisme melalui benda hasil
garapannya, bahkan jika kita teliti dengan saksama masyarakat tersebut sudah
mengenal persawahan dan hidup dengan ciri gotong royong.
Fakta mental.
Fakta mental adalah kondisi yang dapat menggambarkan suasana pikiran, perasaan batin, kerohanian dan sikap yang mendasari suatu karya cipta. Jadi fakta mental bertalian dengan perilaku, ataupun tindakan moral manusia yang mampu menentukan baik buruknya kehidupan manusia, masyarakat, dan negara. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau dapat memengaruhi mental kehidupan pada masa kini bahkan ke masa depan.
Fakta mental erat hubungannya antara peristiwa yang terjadi dengan batin manusia, sebab perkembangan batin pada suatu masyarakat dapat mencetuskan munculnya suatu peristiwa (ingat peristiwa bom atom di kota Nagasaki dan Hirosima di Jepang yang menyisakan perubahan watak dan rasa takut, itu sebabnya Jepang memelopori kampanye anti bom atom).
Fakta mental merupakan fakta yang sifatnya abstrak atau kondisi yang menggambarkan alam pikiran, kepercayaan atau sikap, misalnya kepercayaan keyakinan dan kepercayaan benda yang melambangkan nenek moyang dan benda upacara, contohnya nekara perunggu di Pejeng (Bali), untuk dipuja.
Namun ada artefak yang juga menunjukkan fakta sosial dan ciri
fakta mental, contoh kapak perunggu atau bejana perunggu adalah artefak yang
merupakan fakta konkret, tetapi jika dilihat dari hiasannya dapat berfungsi
sebagai fakta sosial, dan jika menempatkan kapak perunggu dan bejana perunggu
sebagai sistem kepercayaan maka disebut fakta mental.
Wednesday, August 23, 2017
Masa Pemerintahan Raden Wijaya Part 2
RADEN WIJAYA / ŚRI KERTARAJASA JAYAWARDHANA
(1293 – 1309)
(1293 – 1309)
Raden Wijaya adalah Pendiri sekaligus Raja Majapahit yang pertama. Raden Wijaya dinobatkan pada bulan Kartika tahun 1215 saka, yaitu 12 Nopember 1293 dengan gelar Śri Kĕrtarājasa Jayawardhana. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya menurut Kidung Harsa Wijaya.
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke-26 dari Kerajaan Sunda Galuh , dan Dyah Lembu Tal, seorang putri Singhasari. Dengan demikian, Raden Wijaya merupakan keturunan langsung dari Wangsa Rajasa, yaitu dinasti pendiri Kerajaan Singhasari. Ken Arok, Raja pertama Singhasari (1222-1227) memiliki anak Mahesa Wong Ateleng dari Ken Dedes. Mahesa Wong Ateleng memiliki anak Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Menurut Nagarakretagama, Mahesa Cempaka memiliki anak Dyah lembu Tal yang diberi gelar Dyah Singhamurti dan kemudian menurunkan Raden Wijaya.
Ibukota kerajaan Majapahit meliputi Kecamatan Sooko, Trowulan dan Jatirejo di Kabupaten Mojokerto dan kecamatan Mojoagung, Mojowarno serta Sumobito di Kabupaten Jombang. Kawasan ini berada pada luas 10 X 10 kilometer persegi. ,namun, ada versi lain yang menyebut 9 X 11 kilometer persegi. Pusat kota ini berada di dalam kawasan ibukota dan lokasinya kini berada di Trowulan. Situs-situs yang memperkuat ilustrasi pusat kota ini antara lain Candi Muteran, Candi Gentong, Candi Tengah, tempat kediaman Gajah Mada, kediaman kerabat kaum raja dan tempat pemandian para putri kerajaan.
Rakeyan Jayadarma adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmadiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh. Setelah Rakeyan Jayadarma tewas diracun oleh salah seorang bawahannya, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Menurut prasasti dan Kakawin Nagarakretagama disebutkan bahwa Raden Wijaya memperistri empat orang putri raja Kertanegara dengan gelar sebagai berikut :
- Śri Parameśwari Dyah Dewi Tribhūwaneśwari.
- Śri Mahādewi Dyah Dewi Narendraduhitā.
- Śri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnyāparamitā
- Sri Rājendradewi Dyah Dewi Gayatri.
Śri Parameśwari Dyah Dewi Tribhūwaneśwari
Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari adalah permaisuri Raden Wijaya .Dalam Nagarakretagama nama Tribhuwaneswari sering disingkat Tribhuwana. Ia adalah putri sulung Kertanagara raja terakhir Singhasari. Dikisahkan pada saat Singhasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwaneswari, sedangkan Gayatri ditawan musuh. Rombongan Raden Wijaya kemudian menyeberang ke Sumenep meminta perlindungan Arya Wiraraja. Dalam perjalanan menuju Sumenep, Tribhuwaneswari sering dibantu oleh Lembu Sora, abdi setia Raden Wijaya Raden Wijaya. Jika pasangan suami istri tersebut letih, Lembu Sora menyediakan perutnya sebagai alas duduk. Jika menyeberang rawa-rawa Lembu Sora, menyediakan diri menggendong Tribhuwana.
Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari adalah permaisuri Raden Wijaya .Dalam Nagarakretagama nama Tribhuwaneswari sering disingkat Tribhuwana. Ia adalah putri sulung Kertanagara raja terakhir Singhasari. Dikisahkan pada saat Singhasari runtuh akibat pemberontakan Jayakatwang tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwaneswari, sedangkan Gayatri ditawan musuh. Rombongan Raden Wijaya kemudian menyeberang ke Sumenep meminta perlindungan Arya Wiraraja. Dalam perjalanan menuju Sumenep, Tribhuwaneswari sering dibantu oleh Lembu Sora, abdi setia Raden Wijaya Raden Wijaya. Jika pasangan suami istri tersebut letih, Lembu Sora menyediakan perutnya sebagai alas duduk. Jika menyeberang rawa-rawa Lembu Sora, menyediakan diri menggendong Tribhuwana.
Raden Wijaya kemudian bersekutu dengan Arya Wiraraja untuk menjatuhkan Jayakatwang. Ketika Raden Wijaya berangkat ke Kadiri pura-pura menyerah pada Jayakatwang, Tribhuwana ditinggal di Sumenep. Baru setelah Raden Wijaya mendapatkan hutan Terik untuk dibuka menjadi desa Majapahit , Tribhuwana datang dengan diantar Ranggalawe putra Arya Wiraraja. Berita ini terdapat dalam Kidung Panji Wijayakarama.
Sepeninggal pasukan Mongol tahun 1293, Kerajaan Majapahit berdiri dengan Raden Wijaya sebagai raja pertama. Tribhuwana tentu saja menjadi permaisuri utama, ditinjau dari gelarnya yaitu Tribhuwana-iswari. Namun demikian, Pararaton menyebutkan, istri Raden Wijaya yang dituakan di istana bernama Dara Petak putri dari Kerajaan Dharmasraya, yang melahirkan Jayanagara sang putra Mahkota.Menurut prasasti Kertarajasa (1305), Tribhuwaneswari disebut sebagai ibu Jayanagara.
Dari berita tersebut dapat diperkirakan Jayanagara adalah anak kandung Dara Petak yang kemudian menjadi anak angkat Tribhuwaneswari sang permaisuri utama. Hal ini menyebabkan Jayanagara mendapat hak atas takhta sehingga kemudian menjadi raja kedua Majapahit tahun 1309-1328
Dari berita tersebut dapat diperkirakan Jayanagara adalah anak kandung Dara Petak yang kemudian menjadi anak angkat Tribhuwaneswari sang permaisuri utama. Hal ini menyebabkan Jayanagara mendapat hak atas takhta sehingga kemudian menjadi raja kedua Majapahit tahun 1309-1328
Setelah Wafat Tribhuwaneswari dimuliakan di Candi Rimbi di sebelah barat daya Mojokerto, yang diwujudkan sebagai Parwati.
2. Śri Mahādewi Dyah Dewi Narendraduhitā.
Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, atau disebut dengan Narendraduhita, adalah putri ketiga dari Raja Singhasari Kertanagara, dan merupakan istri kedua dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya, namun tidak memberikan keturunan.
Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, atau disebut dengan Narendraduhita, adalah putri ketiga dari Raja Singhasari Kertanagara, dan merupakan istri kedua dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya, namun tidak memberikan keturunan.
3. Sri Jayendra Dyah Dewi Prajña Paramita
Sri Jayendra Dyah Dewi Prajña Paramita atau sering disingkat dengan nama Prajña Paramita atau Pradnya Paramita adalah putri keempat dari Raja Kertanegara dan merupakan istri ketiga dari Raden Wijaya, namun tidak memberikan keturunan. Disebutkan bahwa Pradjnya Paramita adalah istri yang paling setia diantara kelima istri Raden Wijaya
Sri Jayendra Dyah Dewi Prajña Paramita atau sering disingkat dengan nama Prajña Paramita atau Pradnya Paramita adalah putri keempat dari Raja Kertanegara dan merupakan istri ketiga dari Raden Wijaya, namun tidak memberikan keturunan. Disebutkan bahwa Pradjnya Paramita adalah istri yang paling setia diantara kelima istri Raden Wijaya
4. Śri Rājendradewi Dyah Dewi Gayatri. Gayatri
Gayatri atau Rajapatni adalah istri ke empat dari Raden Wijaya, dari Gayatri lahir Tribhuwanatunggadewi dan Rajadewi. Tribhuwanatunggadewi inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit selanjutnya. Pada saat Singhasari runtuh akibat serangan Jayakatwang tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwaneswari saja, sedangkan Gayatri ditawan musuh di Kadiri. Setelah Raden Wijaya pura-pura menyerah pada Jayakatwang, baru ia bisa bertemu Gayatri kembali.
Dalam Nagarakretagama pupuh 2/1 menguraikan bahwa putri Gayatri (Rajapatni) wafat pada tahun 1350 pada jaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. 12 tahun setelah meninggalnya Gayatri dilaksanakan upacara srada dan dimuliakan candi di candi Boyolangu di desa Kamal Pandak tahun 1362 dengan nama Prajnyaparamita puri. Baik tanah candi maupun arcanya diberkati oleh pendeta Jnyanawidi.
5. Dara Pethak (Indreswari)
Menurut Pararaton, sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanegara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya bernama Dara Jingga dan Dara Petak sebagai persembahan untuk Kertanegara.
Menurut Pararaton, sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanegara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya bernama Dara Jingga dan Dara Petak sebagai persembahan untuk Kertanegara.
Nama Dara Pethak berarti merpati putih. Menurut Kronik Cina, pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293. Karena Kertanegara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang Dara Jingga diserahkan kepada Adwayabrahma , seorang pejabat Singhasari yang dulu dikirim ke Sumatra tahun 1286.
Dara Petak pandai mengambil hati Raden Wijaya sehingga ia dijadikan sebagai Istri tinuheng pura, atau istri yang dituakan di istana. Padahal menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri Kertanegara. Pengangkatan Dara Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu Jayanegara. Sedangkan menurut Nagarakretagama, ibu Jayanegara bernama Indreswari. Nama ini dianggap sebagai gelar resmi Dara Petak.
Pararaton menyebutkan Raden Wijaya hanya menikahi dua orang putri Kertanagara saja. Pemberitaan tersebut terjadi sebelum Majapahit berdiri. Diperkirakan, mula-mula Raden Wijaya hanya menikahi Tribhuwaneswari dan Gayatri saja. Baru setelah Majapahit berdiri, ia menikahi Mahadewi dan Jayendradewi pula. Dalam Kidung Harsawijaya, Tribhuwana dan Gayatri masing-masing disebut dengan nama Puspawati dan Pusparasmi.
Masa Pemerintahan Raden Wijaya/ Sri Rajasa Jayawardhana
Setelah Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit, beliau kemudian mengangkat pengikut-pengikutnya yang berjasa dalam perjuangan mendirikan Majapahit menjadi pejabat tinggi dalam pemerintahan menurut Serat Kekancingan Kadadu 1294 antara lain :
*
Aria Wiraraja menjadi Rakyan Mahamantri Agung diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan.
*
Nambi diangkat menjadi Rakryan Mapatih (Perdana menteri),
*
Ranggalawe menjadi Rakyan Mahamantri Agung diangkat sebagai Adipati Tuban,
*
Sora menjadi patih Daha (Kadiri).
Aria Wiraraja menjadi Rakyan Mahamantri Agung diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan.
*
Nambi diangkat menjadi Rakryan Mapatih (Perdana menteri),
*
Ranggalawe menjadi Rakyan Mahamantri Agung diangkat sebagai Adipati Tuban,
*
Sora menjadi patih Daha (Kadiri).
Nama nama pejabat pemerintahan Majapahit pada Jaman pemerintahan Raja Kertarajasa sesuai piagam penanggungan tahun 1296.
1. Mahamentri Katrini
· Rakyan Menteri Hino : Dyah Pamasi
· Rakyan Menteri Halu : Dyah Singlar
· Rakyan Menteri Sirikan : Dyah Palisir
· Rakyan Menteri Hino : Dyah Pamasi
· Rakyan Menteri Halu : Dyah Singlar
· Rakyan Menteri Sirikan : Dyah Palisir
2. Sang Panca Wilwatika
· Rakyan Patih Majapahit : Empu Tambi
· Rakyan Demung : Empu Renteng
· Rakyan Kanuruhan : Empu Elam
· Rakyan Rangga : Empu Sasi
· Rakyan Tumenggung : Empu Wahan
· Rakyan Patih Majapahit : Empu Tambi
· Rakyan Demung : Empu Renteng
· Rakyan Kanuruhan : Empu Elam
· Rakyan Rangga : Empu Sasi
· Rakyan Tumenggung : Empu Wahan
3. Patih Negara Bawahan
· Rakyan Patih Daha : Empu Sora
· Rakyan Demung Daha : Empu Rakat
· Rakyan Rangga Daha : Empu Dipa
· Rakyan Tumenggung Daha : Empu Pamor
· Rakyan Patih Daha : Empu Sora
· Rakyan Demung Daha : Empu Rakat
· Rakyan Rangga Daha : Empu Dipa
· Rakyan Tumenggung Daha : Empu Pamor
4. Pejabat Hukum Keagamaan
· Pranaraja menjadi Rakyan Mahamantri Agung
· Dang Acarya Agraja menjadi Dharmadyaksa Kasaiwan
· Dang Acarya Ginantaka menjadi Dharmadyaksa Kasogatan
· Panji Paragata menjadi Pemegat Tirwan
· Dang Acarya Anggaraksa sang Pemegat di Pamotan
· Dang Acarya Rudra sang Pemegat di Jambi
· Pranaraja menjadi Rakyan Mahamantri Agung
· Dang Acarya Agraja menjadi Dharmadyaksa Kasaiwan
· Dang Acarya Ginantaka menjadi Dharmadyaksa Kasogatan
· Panji Paragata menjadi Pemegat Tirwan
· Dang Acarya Anggaraksa sang Pemegat di Pamotan
· Dang Acarya Rudra sang Pemegat di Jambi
Raden Wijaya memerintah dengan tegas dan bijaksana, negara tenteram dan aman, susunan pemerintahan mirip Singhasari, ditambah 2 (dua) menteri yaitu rakryan Rangga dan rakryan Tumenggung. Sedangkan Wiraraja yang banyak membantu diberi kedudukan sangat tinggi ditambah dengan kekuasaan di daerah Lumajang sampai Blambangan.
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa
* Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
* Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan.
* Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan.
* Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
* Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan.
* Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan.
* Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Dharmaputra adalah suatu jabatan yang dibentuk oleh Raden Wijaya Anggotanya berjumlah tujuh orang, yaitu Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa, yang semuanya tewas sebagai pemberontak pada masa pemerintahan Jayanegara (raja kedua Majapahit).
Tidak diketahui dengan pasti apa tugas dan wewenang Dharmaputra. Pararaton hanya mengatakan kalau para anggota Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka, yang artinya pegawai istimewa. Dikisahkan mereka diangkat oleh Taden Wijaya dan tidak diketahui lagi keberadaannya setelah tahun 1328.
Pada Jaman Majapahit para pegawai pemerintahan masing masing diberi gelar sesuai jabatan yang dipangkunya dengan pembagian sebagai berikut :
Golongan Rakyan. Para pegawai pemerintahan yang berkah menggunakan gelar rakyan diantaranya
* Mahamantri Katrini yang terdiri dari Mahamantri Hino, Mahamantri Sitrikan dan Mahamantri halu
* Pasangguhan/ hulubalang yang terdiri dari 2 yaitu Pranaraja dan Nayapati.
* Sang Panca Wilwatika yaitu lima pembesar yang diserahi tugas untuk menjalankan pemerintahan Majapahit. Terdiri dari Patih Amangkubumi, Demung, Kanuruhan, Rangga dan Tumengggung.
* Juru Pangalasan yaitu pembesar wilayah mancanagara.
* Nara pati Negara Negara bawahan.
* Pasangguhan/ hulubalang yang terdiri dari 2 yaitu Pranaraja dan Nayapati.
* Sang Panca Wilwatika yaitu lima pembesar yang diserahi tugas untuk menjalankan pemerintahan Majapahit. Terdiri dari Patih Amangkubumi, Demung, Kanuruhan, Rangga dan Tumengggung.
* Juru Pangalasan yaitu pembesar wilayah mancanagara.
* Nara pati Negara Negara bawahan.
Golongan Arya. Golongan ini mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari Rakyan, namun karena jasa jasanya seorang arya dapat dinaikan jabatannya menjadiWreddhamantri atau Menteri Sepuh.
Golongan Dang Acarya. Sebutan ini khusus diperuntukkan bagi para pendera Siwa dan Budha yang diangkat sebagai Dharnmaddyaksa atau hakim tinggi.
Pembagian wilayah
Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah, yang disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pertahanan kerajaan di wilayahnya masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut antara lain :
1. Daha
2. Jagaraga
3. Keling
4. Kabalan
5. Kahuripan
6. Matahun
7. Kembang jenar
8. Tumapel
9. Wirabumi
10. Kelinggapura
11. Tanjungpura
12. Singhapura
13. Pajang
14. Wengker
2. Jagaraga
3. Keling
4. Kabalan
5. Kahuripan
6. Matahun
7. Kembang jenar
8. Tumapel
9. Wirabumi
10. Kelinggapura
11. Tanjungpura
12. Singhapura
13. Pajang
14. Wengker
Peristiwa penting yang terjadi dalam masa pemerintahan Raden Wijaya/ Sri Rajasa Jayawarhana
Dalam Piagam Kudadu disebutkan bagaimana watak Raden Wijaya sebagai panglima perang yang menunaikan tugas dari Raja Kertanagara. Dalam pengabdiannya ia menunjukkan kedisiplinan serta kesetian kepada perintah yang diberikan dan menunaikan tugas tiada tercela. Demikian pula terhadap teman teman seperjuangannya Raden wijaya memberikan kedudukan yang tinggi kepada para pengikutnya sesuai dengan jasa yang selama masa perjuangan. Namun rasa keadilan bagi masing – masing orang berbeda beda. Setelah Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja timbullah rentetan ketiadakpuasan diantara pengikut pengikutnya. Peristiwa penting penting tersebut sebagai berikut :
· Peristiwa Ranggalawe ( 1295 )
Ranggalawe / Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara./ Arya Adikara adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama pada tahun 1295. Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Sumenep. Ia sendiri tinggal di Tanjung, yang terletak di Madura sebelah barat.
Pertemuan pertama dengan Raden Wijaya terjadi ketika Ranggalawe diutus oleh ayahnya yaitu Arya Wiraraja yang menjabat sebagai Bupati Madura untuk mengantar Tribhuwaneswari dari Sumenep ke Majapahit bersama Banyak Kapuk dan Mahesa Pawagal utusan Raden Wijaya . Ranggalawe mempunyai watak yang agak grasa grusu, bicaranya lantang namun mempunyai kelebihan dalam hal menyusun siasat perang dan dalam pertempuran ia adalah seorang pemberani dan ahli menggunakan senjata.
Namun dibalik sifatnya yang kasar, Ranggalawe adalah seseorang yang berani, jujur dan mempunyai tekat besar yaitu berani mempertaruhkan jiwanya untuk membela Raden Wijaya Ranggalawe kemudian membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik menjadi desa Majapahit. Nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti benang, atau juga berarti kekuasaan. Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut. Selain itu Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Bima sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pembantunya untuk menghadapi Jayakatwang di Kadiri. Penyerangan ke Kadiri terjadi tahun 1293, Ranggalawe berada dalam gabungan pasukan Majapahit dan Mongol yang menggempur benteng timur kota Kadiri. Pemimpin benteng bernama Sagara Winotan, mati dipenggal Ranggalawe.
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya, Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu. Prasasti Kudadu (1294) yang memuat daftar nama para pejabat awal Majapahit, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun Prasasti Kudadu menyebutkan dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang yang berbeda.
Slamet Muljana dalam bukunya, Menuju Puncak Kemegahan (1965), mengidentifikasi nama Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika diangkat sebagai pejabat Majapahit. Dalam Prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut menjabat sebagai pasangguhan. Masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.
Kisah pemberontakan Ranggalawe yang merupakan perang saudara pertama di Majapahit disebutkan dalam Pararaton terjadi tahun 1295, dan diuraikan panjang lebar dalam Kidung Ranggalawe. Pemberontakan itu dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih Majapahit. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih cakap dan berjasa dalam perjuangan dari pada Nambi.
Ranggalawe juga mendapat hasutan dari tokoh licik bernama Mahapati sehingga ia nekad menghadap Raden Wijaya di ibu kota menuntut penggantian Nambi oleh Lembu Sora, namun Lembu Sora justru tetap mendukung Nambi.
Setelah menghina dan merendahkan nama Nambi dihadapan Raden Wijaya akhirnya Ranggalawe menantang Nambi untuk mengadu senjata, mendengar tantangan tersebut Nambi menjadi marah sehingga pertengkaran mulutpun tak terhindarkan diantara kedua belah pihak. Semua menteri yang hadir termasuk Kebo Anabrang (Panglima pasukan Singhasari dalam Ekspedisi Pamalayu) tidak bisa menyembunyikan kemarahan akibat perbuatan Ranggalawe yang dianggap melanggar tata krama di hadapan Sang Prabu Kertarajasa (Raden Wijaya) dan menantang untuk mengadu senjata.
Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe kemudian membuat kekacauan di halaman istana. Lembu Sora sebagai pamannya keluar menasihati Ranggalawe yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada Raja. Ranggalawe mengakui kesalahannya bahwa ia telah berbuat terlalu lancang dan sebagai hukumannnya ia minta untuk dibunuh saja. Sora tidak memenuhi permintaan keponakannya dan menasehatinya untuk mengingat segala kebaikan Prabu Kertarajasa dimana Ranggalawe diberikan kebebasan untuk keluar masuk Istana siang maupun malam. Mendengar nasehat tersebut akhirnya Ranggalawe memilih pulang ke Tuban.
Mahapati kemudian ganti menghasut Nambi dengan mengatakan kalau Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan. Maka berangkatlah Nambi atas izin raja, memimpin pasukan menyerang Tuban. Dalam pasukan itu ikut serta Lembu Sora dan Kebo Anabrang. Dalam Kidung Ranggalawe diketahui bahwa Arya Wiraraja yang merupakan ayah dari Ranggalawe menetap di Tuban, ketika mendengar putranya telah pulang dari Majapahit ia langsung menemuinya. Dari tingkah laku putranya Arya Wiraraja menangkap sesuatu yang tidak baik akan terjadi kepada anaknya. Arya Wiraraja kemudian menanyakan apa yang telah terjadi ketika menghadap sang Prabu. Ketika mendengar penjelasan yang disampaikan putranya, Arya Wiraraja terdiam dan hatinya makewuh mana yang harus dipilih cinta kepada anak atau setia kepada Sang Prabu.
Arya Wiraraja kemudian menasehati anaknya untuk tetap setia kepada sang prabu karena berkhianat akan mempunyai akibat yang sangat berat baik diakhirat maupun dalam kelahiran kembali. Mendengar nasehat ayahnya Ranggalawe terdiam dan mengakui kesalahannya, namun darah kesatria yang mengalir dalam dirinya mengharamkan bagi dirinya untuk mundur dan keperwirayudaan tersebut akan dipertahankan sampai mati.
Setelah Nasehatnya tidak didengar oleh putranya, Arya Wiraraja kemudian memanggil para Menteri, Kepala desa, Akuwu dan Demang untuk mempersiapkan pasukan untuk menghadapi serangan dari Majapahit. Mereka mengharapkan agar Nambilah yang nantinya memimpin pasukan dari Majapahit karena Nambilah orang yang paling mereka cari.
Para pengikut Ranggalawe didaerah Majapahit kemudian meninggalkan daerahnya menuju daerah Tuban, namun ketika mereka hendak menyeberangi sungai Tambak beras, air sungai sedang pasang sehingga mereka dapat disusul oleh pasukan dari Majapahit dibawah pimpinan Nambi. Mereka semua akhirnya dapat dihancurkan oleh Pasukan dari majapahit.
Hari hari berikutnya pagi pagi sekali pasukan dari Majapahit menyeberangi sungai Tambak Beras untuk mencapai Tuban. Mantri Gagarangan dan Tambak Baya dari Tuban memberitahukan kepada Ranggalawe bahwa pasukan Majapahit telah tiba dan segera Ranggalawe memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan dari majapahit.
Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera mempersiapkan pasukannya. Kidung Ranggalawe menyebutkan nama istri Ranggalawe adalah Martaraga dan Tirtawati. Mertuanya adalah gurunya sendiri, bernama Ki Ajar Pelandongan. Dari Martaraga lahir seorang putra bernama Kuda Anjampiani. Ranggalawe kemudian mohon pamit kepada istrinya untuk menghadapi pasukan dari Majapahit. Martaraga berusaha mencegah kepergian suaminya karena mempunyai firasat bahwa sesuatu yang tidak baik akan menimpa suaminya. Oleh mertuanya sendiri yaitu Ki Ajar Pelandongan, Ranggalawe juga dibujuk agar mengurungkan niatnya untuk maju kemedan pertempuran namun sekali lagi bujukan tersebut tidak dihiraukan oleh Ranggalawe.
Ranggalawe kemudian terjun ke medan pertempuran melawan pasukan dari Majapahit, ia bertemu dengan orang yang diharap harapkan yaitu Patih Nambi. Patih Nambi mengendarai kuda Brahma Cikur sedangkan Ranggalawe mengendai kuda Mega Lamat. Pertempuran kedua orang tersebut berjalan dengan hebatnya. Akhirnya kuda Brahma Cikur berhasil ditikam oleh Ranggalawe namun Patih Nambi berhasil mengelak dan lari menyelamatkan diri kearah selatan. Ranggalawe bersama pasukannya kemudian melakukan pengejaran sampai di sungai Tambak Beras.
Ranggalawe berniat untuk menyeberangi sungai Tambak beras namun ditahan oleh para pengikutnya karena daerah diseberang sungai adalah wilayah Majapahit, lagi pula belum semua kekuatan tentara Majapahit dikerahkan ke medan perang, Ranggalawe akhirnya menurut. Pertempuran antara pasukan Majapahit dibawah Pimpinan Nambi dengan pasukan Ranggalawe terjadi didaerah Tosan, Kidang Glatik, Siddi, Cek Muringgang dan klabang curing berakhir sampai malam hari.
Berita kekalahan pasukan dari Majapahit kemudian disampaikan Hangsa Terik ke hadapan Raden Wijaya. Betapa kecewanya Raden Wijaya mendengar kabar tersebut dan bersumpah akan membumihanguskan Kota Majapahit jika tidak berhasil mengalahkan Ranggalawe. Segera beliau mengirim Kala Angerak, Setan Kobar, Buta Angasak dan Juru Prakasa untuk memulihkan kembali kekuatan pasukan dari Majapahit yang telah tercerai berai dan menyelidiki sampai dimana kekuatan musuh.
Sementara keberangkatan 10.000 pasukan tambahan dari Majapahit telah dipersiapkan dipimpin sendiri oleh Prabu Kertarajasa, beliau mendapat laporan dari 4 orang mata mata yang dikirim ke medan pertempuran tentang kekuatan pasukan dari Ranggalawe. Akhirnya pertempuran pasukan tambahan yang dipimpin oleh Prabu kertarajasa dengan pasukan dari Ranggalawe berkobar kembali, pertempuran berjalan dengan sengit dimana korban berjatuhan diantara dikedua belah pihak. Sementara itu untuk menghindari makin banyaknya korban yang berjatuhan , Sora minta ijin kepada Prabu Kertarajasa untuk menghadapi Ranggalawe. Prabu Kertarajasa mengijinkan, akhirnya Ranggalawe dikepung dari tiga arah yaitu Kebo Anabrang dari arah timur, Gagak Sarkara dari arah barat dan Majang Mekar dari arah utara
Perkelahian sengit kemudian terjadi dari arah timur dimana kebo Anabrang terlibat pertempuran dengan Ranggalawe. Kuda tunggangan kebo Anabrang berhasil dilumpuhkan oleh Ranggalawe namun penunggannya berhasil menyelamatkan diri. Hari selanjutnya untuk kedua kalinya kembali Kebo Anabrang terlibat pertempuran dengan Ranggalawe. Pertempuran ini terjadi di seberang sungai Tambak Beras. Pertempuran berjalan dengan hebatnya dimana masing masing kedua belah pihak mengeluarkan ilmu kesaktiannya untuk melumpuhkan lawannya. Pertempuran kemudian dilanjutkan di dalam air dimana Ranggalawe berhasil mendesak kebo anabrang sampai ketengah sungai namun dengan sigap berhasil menikam kuda tunggangan Ranggalawe.
Didalam kidung Ranggalawe dikisahkan bahwa ikan ikan berlompatan dan air muncrat bagaikan hujan akibat perang tanding diantara kedua tokoh tersebut. Mereka bergulat, saling banting didalam air berusaha menenggelamkan lawannya. Sampai akhirnya Ranggalawe terpeleset dari batu tempat berpijaknya sehingga hal tersebut berhasil dimanfaatkan oleh Kebo Anabrang untuk menenggelamkannya di dalam air. Kepalanya terpiting dibawah ketiak Kebo Anabrang. Ranggalawe kehabisan napas dan mati lemas.
Melihat keponakannya mati ditangan Kobo Anabrang secara mengenaskan hati Sora menjadi panas sehingga dengan serta merta melompat ke dalam sungai untuk menikam Kebo Anabrang dengan keris dari belakang. Keris tersebut tembus sampai ke dada, mayat Kebo Anabrang kemudian mengapung diatas sungai. Pembunuhan terhadap rekan sepasukan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Lembu Sora tahun 1300. Demikianlah akhir hidup Ranggalawe dan Kebo Anabrang yang sama sama tewas di sungai Tambak Beras.
Jenasah Ranggalawe dan Kebo Anabrang kemudian dibawa ke Majapahit untuk diupacarakan secara terhormat , mengingat jasa besar kedua tokoh tersebut. Ranggalawe adalah seorang pahlawan pemberani yang siap mengorbankan seluruh jiwa raganya pada masa awal pembentukan Majapahit, sedangkan Kebo Anabrang adalah Panglima pasukan Singhasari yang sukses menaklukkan Melayu pada jaman pemerintahan Prabu Kertanagara yang terkenal dengan Ekspedisi Pamalayu Tahun 1275. Kisah pemberontakan Ranggalawe tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Hal itu dapat dimaklumi mengingat Nagarakretagama merupakan kitab pujian tentang kebesaran Majapahit. Ranggalawe terkenal sebagai pahlawan, sehingga diperkirakan Mpu Prapanca tidak tega mengisahkan kematiannya sebagai pemberontak.
Kiranya setelah Ranggalawe gugur tahun 1295, Arya Wiraraja merasa sakit hati dan memutuskan untuk menghadap Prabu Kertarajasa untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan menagih sang prabu semasa perjuangan, yaitu membagi wilayah kerajaan menjadi dua. Janji tersebut kemudian dipenuhi oleh Prabu kertarajasa sehingga kemudian memutuskan membagi wilayah kerajaan menjadi dua :
*
Bagian Timur terus keselatan sampai pantai diserahkan kepada Arya Wiraraja kemudian menjadi raja dengan ibukota Lumajang.
* Bagian Barat masih dikuasai oleh Raja Kertarajasa dengan Ibukota Majapahit.
Bagian Timur terus keselatan sampai pantai diserahkan kepada Arya Wiraraja kemudian menjadi raja dengan ibukota Lumajang.
* Bagian Barat masih dikuasai oleh Raja Kertarajasa dengan Ibukota Majapahit.
Sejak saat itulah Daerah Majapahit timur merupakan Negara merdeka dan lepas dari kekuasaan Majapahit. Bagi masyarakat Tuban, tokoh Ronggolawe bukanlah pemberontak, tetapi pahlawan keadilan. Sikapnya memprotes pengangkatan Nambi, karena figur Nambi kurang tepat memangku jabatan setinggi itu. Nambi tidak begitu besar jasanya terhadap Majapahit. Masih banyak orang lain yang lebih tepat seperti Lembu Sora, Dyah Singlar, Arya Adikara, dan tentunya dirinya sendiri. Ronggolawe layak menganggap dirinya pantas memangku jabatan itu. Anak Bupati Sumenep Arya Wiraraja ini besar jasanya terhadap Majapahit. Ayahnya yang melindungi Kertarajasa Jayawardhana ketika melarikan diri dari kejaran Jayakatwang setelah Kerajaan Singsari jatuh (Kertarajasa adalah menantu Kertanegara, Raja Singasari terakhir).
Ronggolawe ikut membuka Hutan Tarik yang kelak menjadi Kerajaan Majapahit. Dia juga ikut mengusir pasukan Tartar maupun menumpas pasukan Jayakatwang. Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe adalah korban konspirasi politik tingkat tinggi. Penyusun skenario sekaligus sutradara konspirasi politik itu adalah Mahapati, seorang pembesar yang berambisi menjadi patih amangkubumi
· Peristiwa Ken Sora/ Andaka Sora
Lembu Sora atau Mpu Sora atau Ken Sora atau Andaka Sora adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam berdirinya Kerajaan Majapahit, namun mati sebagai pemberontak pada tahun 1300. Peristiwa sejarah ini terdapat dalam Kidung Sorandaka artinya Andaka Sora atau Lembu Sora.
Pararaton menyebut Sora sebagai abdi Raden Wijaya yang paling setia. Ia mengawal Raden Wijaya saat menghindari kejaran pasukan Jayakatwang tahun 1292, di mana ia menyediakan punggungnya sebagai tempat duduk Raden Wijaya dan istrinya saat beristirahat, serta menggendong istri Raden Wijaya saat menyeberangi sungai dan rawa-rawa.
Pada tahun 1293 Raden Wijaya dibantu pasukan Mongol menyerang Jayakatwang di Kadiri. Dalam perang itu, Sora menggempur benteng selatan dan berhasil membunuh Patih Kadiri Kebo Mundarang. Menurut Pararaton, setelah kemenangan tersebut, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Lembu Sora diangkat sebagai Rakryan Patih Daha, atau patih bawahan di Kadiri. Keputusan tersebut memicu pemberontakan Ranggalawe tahun 1295. Menurut Ranggalawe, Lembu Sora lebih pantas menjabat sebagai Rakryan Patih Majapahit dari pada Nambi. Meskipun Ranggalawe adalah keponakan Sora, namun Sora justru mendukung Raden Wijaya supaya tetap mempertahankan Nambi sebagai patih Majapahit.
Dalam peristiwe pemberontakan Ranggalawe, Sora bertindak sebagai penasehat raja, dimana Sora memberikan nasehat kepada raja agar jangan sekali kali menuruti apa kemauan Ranggalawe serta dalam pertempuran bertindak sebagai senapati yang memberikan perintah untuk mengepung Ranggalawe dari 3 arah. Siasat ini berhasil sehingga pemberontakan Ranggalawe dapat dipadamkan. Berdasarkan fakta tersebut sudah sepantasnya Sora menjadi abdi kesayangan Raden Wijaya dan menduduki posisi yang terhormat dalam masa pemerintahan Raden Wijaya. Namun dalam perjalanan hidupnya selalu ada rintangan, ada yang iri hati dengan mengungkapkan segala kekurangan yang ia miliki kehadapan sang prabu.
Sebagai mana yang kita ketahui bahwa Mahapati sebagai Menteri mempunyai ambisi yang sangat besar untuk menduduki posisi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit, Pada saat itu yang menduduki posisi tersebut adalah patih Nambi, namun untuk mencari kesalahan yang mengakibatkan jatuhnya kedudukan Nambi belum berhasil. Salah seorang tokoh yang mempunyai hubungan erat dengan sang Prabu dan berpengaruh besar yaitu Sora. Andaikata Nambi jatuh maka calon utama penggantinya pastilah Lembu Sora.
Demikianlah menurut rencananya Lembu Sora harus disingkirkan terlebih dahulu, untuk tujuan tersebut ia memperoleh tuduhan yang jitu yaitu pembunuhan Kebo Anabrang yang merupakan rekan sepasukan dalam peristiwa pemberontakan Ranggalawe. Sebelum menjalankan siasatnya Mahapati berusaha bersahabat dengan para Menteri lainnya sehingga ia dapat menjadi orang kepercayaan sang Prabu Kertarajasa.
Pembunuhan terhadap rekan sepasukan tersebut baru diungkit tahun 1300. Mahapati menghadap Raden Wijaya dan menceritakan bahwa para Menteri tidak puas dengan sikap sang Prabu terhadap Lembu Sora. Ketidakpuasan tersebut semakin meningkat karena seolah olah sang prabu membenarkan tindakan Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang. Rupanya keluarga Kebo Anabrang segan menuntut hukuman karena Sora adalah abdi kesayangan Raden Wijaya. Suasana itu dimanfaatkan oleh Mahapati, seorang tokoh licik yang mengincar jabatan patih. Ia menghasut putra Kebo Anabrang yang bernama Mahisa Taruna supaya berani menuntut Sora. Ia juga menghasut Raden Wijaya bahwa para menteri resah karena raja seolah-olah melindungi kesalahan Sora.
Raden Wijaya tersinggung dituduh tidak adil. Ia pun memberhentikan Lembu Sora dari jabatannya untuk menunggu keputusan selanjutnya. Mahapati pura pura mencegah tindakan sang Prabu yang serta merta tersebut dan memberi nasehat agar sang prabu mencari kesempatan yang baik untuk menyingkirkan Lembu Sora. Mahapati mengusulkan agar Lembu Sora jangan dihukum mati mengingat jasa-jasanya yang sangat besar. Raden Wijaya memutuskan bahwa Sora akan dihukum buang ke Tulembang. Yakinlah Mahapati bahwa sekaranglah saatnya untuk menyingkirkan Lembu Sora.
Mahapati menemui Sora di rumahnya untuk menyampaikan keputusan raja. Sora sedih atas keputusan itu. Ia berniat ke ibu kota meminta hukuman mati dari pada harus diusir dari tanah airnya. Mahapati kemudian menghasut Nambi bahwa sang prabu telah mengambil keputusan untuk membebaskan Sora dari Tugasnya dan menggantinya dengan Mahesa Taruna (anak dari Kebo Anabrang). Terpikat oleh uraian yang disampaikan Mahapati, Patih Nambi kemudian menyiapkan orang orangnya untuk menghadap sang Prabu. Dengan tegas dikemukakannnya bahwa Lembu Sora yang telah membunuh Kebo Anabrang secara licik dan kejam harus mendapat hukuman yang setimpal, juga para menteri yang terkena hasutan Mahapati sepakat bahwa Lembu Sora harus mendapat hukuman akibat dari perbuatannya.
Mahapati yang pandai menjalankan peranannya sekali lagi mengunjungi kediaman Lembu sora, dikatakannya bahwa ia telah berusaha keras untuk mencegah hukuman tersebut namun tidak berhasil, lagipula Nambi telah menyiapkan pasukannya. Sementara itu telah diputuskan mengingat jasa jasanya, Lembu Sora tidak akan dijatuhi hukuman mati tetapi di hukum buang ke Tulembang. Keputusan tersebut disampaikan langsung utusan Prabu kertarajasa dari Majapahit. Sora menolak keputusan tersebut, ia lebih baik mati daripada harus dihukum buang. Raja Kertarajasa masih cukup sabar menerima keputusan Nambi tersebut dan menyesalkan konflik yang telah terjadi antara dirinya dengan Lembu Sora yang merupakan abdi kesayangannya..
Mahapati pura pura membela Sora dan mengusulkan agar sang Prabu memberikan peringatan secara tertulis kepada Sora dan menunggu jawabannya. Segera Sang prabu mengutus Mahapati untuk menyampaikan surat tersebut langsung kepada Lembu Sora yang isinya bahwa menurut kitab Undang undang Kutaramanawa , Sora harus dihukum mati, namun dibebaskan dari hukuman tersebut dan sebagai gantinya ia akan di pindahkan ke Tulembang. Kutaramanawa yaitu kitab perundang undangan pada jaman Majapahit yang isinya menekankan susunan masyarakat yang terdiri dari empat warna demi kebaikan masyarakat. Kitab tersebut sekarang disimpan di Leiden Belanda.
Setelah membaca surat tersebut, Lembu Sora kemudian menyampaikan jawabannya bahwa ia masih menaruh cinta bakti kepada sang prabu dan akan menyerahkan jiwa dan raganya ke hadapan sang Prabu. Ia tidak akan membantah sekalipun akan diserahkan kepada Kebo Taruna. Lembu Sora merencanakan untuk menghadap langsung ke hadapan sang prabu. Mahapati yang mengingikan kematian Lembu Sora belum puas akan penyerahan jiwa raga yang disampaikan oleh Lembu Sora melaporkan kepada sang Prabu bahwa Lembu Sora tidak menerima keputusan tersebut dan akan datang untuk membuat kekacauan karena tidak puas atas hukuman raja.
Setelah mendesak raja, Nambi pun diizinkan menghadang Sora yang datang bersama Gajah Biru dan Juru Demung. Maka terjadilah peristiwa di mana Sora dan kedua sahabatnya mati dikeroyok tentara Majapahit. Maka berhasillah siasat Mahapati. Kematian Sora pada tahun 1300 diceritakan singkat dalam Pararaton, dan diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka.
Berbeda dengan kisah dalam Kidung Sorandaka di atas, Pararaton menyebut kematian Juru Demung terjadi pada tahun 1313, sedangkan Gajah Biru pada tahun 1314. Keduanya tewas sebagai pemberontak pada pemerintahan Jayanegara putra Raden Wijaya.
Wafatnya Raden Wijaya
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayanagara. Raden Wijaya dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dalam kota Majapahit dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Simping (dekat Blitar) yaitu Candi Sumberjati di sebelah selatan Blitar dan di candi Buda di Antahpura dalam kota Majapahit. Arca perwujudannya adalah Harihara, berupa Wisnu dan Siwa dalam satu arca.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayanagara. Raden Wijaya dimakamkan dalam dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dalam kota Majapahit dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Simping (dekat Blitar) yaitu Candi Sumberjati di sebelah selatan Blitar dan di candi Buda di Antahpura dalam kota Majapahit. Arca perwujudannya adalah Harihara, berupa Wisnu dan Siwa dalam satu arca.
Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayanagara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)