Pidato diatas merupakan pengertian tauhid menurut seorang soekarno yang mencakup
(1) “Tuhan kekal abadi.” Tidak ada seorang pun, kecuali segelintir orang yang nyeleneh, yang mengingkari kekekalan, keabadian, dan kelanggengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Bahkan ketika seluruh alam hancur dan musnah di saat berlangsungnya har
kiamat, Allah tetap hidup. Dalil-dalil yang menunjukkan kekelan Allah
sangatlah banyak, lebih banyak dari yang disangka dan dikira. Sebelum
dalil-dalil dari Al Quran dan Sunnah, dalil naluri dan fitrah telah
menyetujuinya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” [QS Al Baqoroh: 255]
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“ Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [QS Ar Rohman: 26-27]
…
(2) “Tuhan satu.” Inilah tauhid.
Menurut bahasa, tauhid adalah mashdar dari wahhada-yuwahhidu-tauhida yang bermakna menjadikan sesuatu menjadi satu.
Adapun
menurut istilah syariat, tauhid adalah mengesakan Allah dalam segala
sesuatu yang menjadi kekhususan Allah berupa kerububiyahan, uluhiyahan,
dan asma’ dan shifat-Nya.
Dari definisi ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa tauhid ada tiga macam, yaitu:
1. Tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah Ta’ala dalam penciptaan, pengrajaan, dan pengaturan.
2.
Tauhid uluhiyyah atau biasa disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan
Allah dalam peribadatan. Maka ibadah hanya boleh diperuntukkan Allah
semata.
3. Tauhid asma’ dan shifat,
yaitu mengesakan Allah Jalla wa ‘Ala dalam asma’ dan shifatnya yang
berporos pada dua poros, itsbat dan nafy. Itsbat, menetapkan seluruh
nama dan shifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya melalui kitab-Nya
atau lisan rosul-Nya. Nafy, menafikan penyerupakan kepada selain-Nya. “Tidak ada satu pun yang serupa dengan-Nya. Dan dia Mahamendengar Mahamengetahui.” [QS Asy Syuro: 11]
Dalil-dalil
yang menunjukkan semua macam tauhid ini sangat banyak yang bertebaran
dalam Al Quran dan Sunnah. Namun ada satu ayat di surat Maryam, tepatnya
di ayat ke-65, yang mencakup semua jenis tauhid ini, yaitu:
رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
“Tuhan
(yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?”
(3) “Dan kepercayaan.” Kepercayaan atau iman.
Secara bahasa, iman adalah muthlak percaya.
Menurut
istilah syariat, iman adalah meyakini dengan hati, diucapkan oleh
lisan, dan dibenarkan oleh hati. Inilah iman menurut keyakinan
Ahlussunnah wal Jama’ah.
(4) “Menjadi api yang berkobar-kobar menyala-nyala di dalam Quran.” Maksudnya, tauhid merupakan ajaran yang paling didakwahkan dan diserukan oleh Al Quran, terutama tauhid jenis kedua (uluhiyyah).
Karena tidaklah suatu ayat kecuali mengandung ajaran tauhid. Dan tauhid
merupakan agama semua rosul. Allah berfirman [QS Al Anbiya’: 25]:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.”
Di antara bukti yang menunjukkan bahwa agama seluruh nabi dan rosul itu satu, yaitu tauhid, adalah firman Allah:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” [QS Asy Syu’aro’: 105]
كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ
“Kaum ‘Aad telah mendustakan para rasul.” [QS Asy Syu’aro’: 123]
Dan ayat yang semisal.
Segi
pendalilannya adalah sebagai berikut: telih diketahui bersama bahwa
kaum Nuh dan kaum ‘Ad hanya ada satu rosul, yaitu Nabi Nuh untuk kaum
Nuh dan Nabi Hud untuk kaum ‘Ad. Namun demikian, kenapa Allah mengatakan
bahwa kaum Nuh dan kaum ‘Ad telah mendustakan para rosul? Jawbannya
adalah karena ajaran semua rosul itu sama, maka jika ada seseorang atau
suatu kaum yang mendustakaan seorang rosul, seakan-akan dia telah
mendustakan seluruh rosul.
(5) “…api ini telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula di dalam dadanya.” Artinya jika tauhid itu telah tertancap kokoh di hati seorang muslim yang tidak lagi ragu sedikit pun.
(6) “…sebagaimana.”
Di sini Sukarno hendak menyitir pendapat seorang ulama dan ahli ilmu.
Dan demkianlah sepantasnya. Meski beliau adalah seorang presiden dan
kepala negara. Karena manusia mana pun tidak akan lepas dari ulama dan
ahli ilmu. Oleh karena itu, Al Hasan Al Bashri rohimahulloh mengatakan, “Seandainya bukan karena ulama, pasti manusia sudah selayaknya hewan.”
(7) “Saudara.” Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” [QS Al Hujarat: 10]
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya.”
Di
sini seorang Sukarno hendak mengajarkan kepada rakyatnya agar tidak
menyebutkan saudaranya sesama muslim langsung namanya, namun didahului
dengan kata-kata “saudara”. Tentu jika yang disebut sepadan atau
dibahawahnya, namun jika di atasnya sekelas ulama, hendaknya didahului
kata-kata “buya”, “ustadz”, atau semacamnya.
(8) “Hamka.” Hamka
merupakan nama seorang ulama kenamaan asal Sumatera Barat yang nama
aslinya adalah Dr. Haji ‘Abdul Malik bin ‘Abdul Karim bin Amrulloh rohimahulloh
yang kemudian disingkat dan terkenal dengan HAMKA. Beliau termasuk dari
tiga ulama negeri ini yang mendapatkan anugerah doctor houcosha dari
Universitas Al Azhar Mesir karena keilmuan dan kegigihannya dalam
menyebarkan Islam.
Dr. Hamka adalah
ketua MUI pertama Indonesia yang terkenal dengan pendiriannya. Beliau
sangat gigih dalam memperjuangkan Islam. Di antara yang membuktikan
kegigihannya adalah saat beliau mengeluarkan fatwa haramnya ikut serta
dan mengucapkan selamat hari natal kepada kaum Nasrani. Namun Presiden
Suharto tidak menyetujinya dan meminta Hamka agar mencabut fatwa
tersebut. Karena tidak mau mencabutnya, maka beliau lebih memilih keluar
dari MUI daripada harus membela kebatilan dan kesesatan.
Ustadz
Hamka memiliki banyak karya tulis ilmiah yang bisa dikritisi
sebagaimana umumnya kitab dan buku karya manusia manapun. Di antara
karya-karyanya yang terkenal adalah:
1. Tafsir Al Azhar, 30 jilid atau 10 jilid besar.
2. Sejarah Ummat Islam, 3 jilid.
3. Ayahku, Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, 360 halaman.
4. Dari Perbendaharaan Lama
(9) “…tidak takut akan mati.” Maka
siapa saja yang memiliki tauhid yang kuat menghujam pada dirinya, dia
tidak akan pernah takut mati. Kenapa bisa begitu? Jawabnya karena orang
yang bertauhid berkeyakinan bahwa kematian itu akan datang kapan pun
jika Allah menghendaki. Selain itu karena tauhid memiliki banyak
keutamaan yang tentunya akan didapat orang yang meyakininya.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
”Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS Al An’am: 82]
No comments:
Post a Comment