Beberapa minggu yang lalu game mobile legend baru saja
merilis karakter hero baru yang bertipe mage. Hero baru ini bernama Chang’e
yang merupakan dewi bulan di dalam mitologi Cina (Tionghoa) . nah adapun cerita
mitologi dari Hero baru bernama Chanh’e ini Ada berbagai versi kisah cerita rakyat tentang Chang-E, sang
Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam legenda Tionghoa namun kisah ini juga
yang menjadikan sejarah dan asal-usul nya penyajian Perayaan Kue Bulan setiap
tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Ketika bulan menunjukkan keindahan secara
penuh, para pria dan gadis gadis cantik Tionghoa akan keluar rumah untuk
melihat ke bulan dan mengingat Kisah Kehidupan Chang-E. Perayaan ini juga
dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur atau Perayaan Bulan. Berikut
Kisah selengkapnya ;
Kisah Dewi Bulan Dengan Pemanah Matahari
Awal mulanya, Yu mendapatkan takhta dari Shun karena
kemampuannya dalam mengendalikan banjir. Ketika Yu telah berusia lanjut, dia
memiliki keinginan untuk menyerahkan takhta kepada salah seorang menterinya, Po
Yi. Namun para ketua suku menginginkan agar Yu memberikan posisi tersebut
kepada Chi, salah seorang putra Yu. Setelah kejadian ini maka posisi ketua dari
ketua atau raja menjadi sesuatu yang turun temurun. Tai Kang adalah putra dari
Chi. Yu memiliki jasa besar karena berhasil menghentikan banjir dan mendidik
rakyat untuk bertani.
Hal ini menyebabkan Kaisar Langit di surga memerintahkan
sepuluh orang putranya menjadi sepuluh matahari. Ini dimaksudkan agar mereka
dapat secara bergantian mengelilingi langit setiap hari sehingga dapat membantu
rakyat untuk berternak dan bertani. Namun sepuluh orang muda tersebut tidak
mematuhi perintah dan mereka keluar secara bersamaan yang menyebabkan panas
dari sepuluh matahari secara bersama-sama menyinari bumi dan mengakibatkan
panas yang sangat hebat.
Banyak manusia dan binatang meninggal, sungai-sungai menjadi
kering, hutan-hutan terbakar, dan berbagai penderitaan hebat lainnya. Rakyat
memohon agar surga memberikan kasihnya. Dan permohonan ini didengar oleh Kaisar
Langit, yang lalu memerintahkan Hou Yi, seorang Dewa yang gagah, untuk turun ke
bumi menyelesaikan masalah tersebut.
Hou Yi adalah Dewa yang pemberani dan beruntung. Istrinya
adalah Chang-E (嫦娥) yang
penyendiri, dan mereka sangat saling mencintai dan tidak terpisahkan. Mereka
terkenal dengan nama “Sepasang Dewa Dewi Cinta”. Namun hidup diantara manusia
tidak semudah hidup di surga, dan Chang-E tidak berkeinginan untuk itu. Namun
Hou Yi tidak dapat menentang perintah dari Kaisar Langit, dan Chang-E tidak
ingin berpisah dari suaminya. Maka dengan perasaan berat, dia mendampingi Hou
Yi ke daerah liar di timur. Hou Yi adalah seorang pemanah yang hebat, dan dari
surga membawa busur gaib yang dapat memanah apa saja di langit diluar jangkauan
manusia.
Kemudian rakyat dari daerah timur mengangkatnya sebagai
ketua. Bagaimanapun juga posisi tersebut tidaklah membawa bahagia bagi Hou Yi,
karena harus menghadapi kenyataan bahwa sepuluh matahari terus menerus
menghanguskan tanaman, menyebabkan binatang-binatang ternak mati kelaparan,
mengeringkan sungai-sungai, meluasnya penyakit-penyakit, dan banyak rakyat
meninggal. Melihat hebatnya penderitaan rakyat, dia mendaki Gunung Tienshan dan
berbicara dengan sepuluh matahari. “Kasihanilah rakyat dan keluarlah hanya satu
secara bergantian, jangan keluar secara bersamaan”, mohon Hou Yi. “Kenapa kita
harus begitu?”, tanya salah satu matahari.
“Karena jika kalian semua muncul
secara bersamaan, cahaya dan panas kalian membuat rakyat dan mahluk hidup
lainnya menderita”, jawab Hou Yi. Tanya matahari yang lain, “apa urusan manusia
dengan kami?” “Ya benar! Kami sepuluh bersaudara sangat senang bermain bersama
setiap hari di langit. Betapa hampa dan membosankan bila kami mengelilingi
langit secara bergantian”, tambah matahari lainnya.
“Namun Surga sangat sayang
kepada mahluk hidup, dan saya berbicara kepada kalian atas perintah Kaisar
Langit”, kata Hou Yi. Meskipun Hou Yi berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk
memberikan penjelasan, tetapi mereka tidak menghiraukan. Salah seorang berkata
dengan sombong “Kami adalah putra dari Kaisar Langit, dan siapakah kamu berani
mencampuri urusan kami?”
Lalu kesepuluh matahari dengan sombongnya mengeluarkan
panasnya ke bumi, yang mengakibatkan hutan-hutan terbakar, burung dan binatang
berlarian menghindar dan manusia berusaha untuk menyelamatkan hidup. Perbuatan
tersebut membuat Hou Yi kehilangan kesabaran, sehingga dia mengambil busur dan
panahnya, dan memanah matahari tersebut satu per satu.
Pada saat Hou Yi akan memanah matahari yang terakhir, sang
matahari memohon agar Hou Yi memberikan pengampunan, dan matahari tersebut
berjanji mematuhi semua tugas yang diberikan dan hanya akan keluar pada siang
hari. Setelah kejadian itu, rakyat sangat menikmati hidup mereka, mereka
bekerja pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Hou Yi lalu
melaporkan semua yang dilakukannya kepada Kaisar Langit, yang sangat marah
karena Hou Yi membunuh sembilan putranya dengan kejam.
Kaisar Langit menolak Hou Yi kembali ke surga. Kaisar Langit
mengatakan bahwa Hou Yi sangat dinantikan oleh rakyat di kawasan timur yang
telah mengangkatnya sebagai ketua dari suku-suku tersebut, dan menginginkan
agar Hou Yi dapat berjuang untuk kesejahteraan umat manusia. Maka Hou Yi
tidaklah dapat pulang ke surga, dan di bumi sangat banyak pekerjaan yang harus
dilakukannya.
Jika seseorang ingin menguasai alam, yaitu dengan berkuasa
atas serangga dan binatang buas, maka dia pertama-tama harus belajar untuk
bertarung. Maka Hou Yi mulai melatih rakyat memanah. Hou Yi sangat sibuk dengan
semua pekerjaan yang ada sehingga dia jarang pulang ke rumah, dan ini
menyebabkan Chang-E merasa ditelantarkan dan kesepian.
Yang paling membuat Chang-E sedih adalah kenyataan bahwa dia
sekarang adalah seorang manusia, yang tidak dapat menghindari penderitaan
manusia, seperti melahirkan, menjadi tua, sakit dan meninggal. Chang-E sangat
marah terhadap perbuatan Hou Yi yang memanah jatuh matahari-matahari yang
merupakan putra dari Kaisar Langit tersebut.
Hou Yi sangat mencintai istrinya, dan untuk menghindari
pertengkaran yang selalu terjadi, maka dia berkelana sendirian. Dengan cara ini
dia lebih dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan dunia. Dalam
pengembaraan, Hou Yi melakukan banyak perbuatan baik. Salah satu perbuatan baik
Hou Yi yang sangat terkenal adalah membunuh seekor monster berkepala sembilan.
Semua perbuatan baik yang dilakukan membuat nama Hou Yi
semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon kepada Kaisar Langit agar dia
dan istrinya dapat kembali ke surga, namun Kaisar Langit tetap tidak memaafkan
perbuatan Hou Yi. Sehingga lama kelamaan, Hou Yi dan Chang-E harus berusaha
keras agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Manusia tidak
dapat menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan kecemasan.
Maka saat Hou Yi berkelana, yang bertujuan untuk melakukan
banyak perbuatan baik bagi rakyat jelata, semakin terdapat jarak antara dia
dengan sang istri. Pada saat itulah Hou Yi bertemu dengan Mi Fei, yang
merupakan salah satu wanita tercantik yang ada. Mi Fei merupakan salah satu
keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.
Dahulu, Mi Fei kehilangan keseimbangan dan tenggelam di
sungai Lo, yang kemudian membuat Mi Fei menjadi Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan
Feng Yi, Dewa Air, yang mengendalikan Sembilan Sungai. Mi Fei sedang bermain di
sungai suatu hari pada saat Hou Yi sedang mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah
menikah dan tidak ingin orang asing melihatnya, maka dia menyelam ke dalam air.
Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei dan mengira Mi Fei tenggelam, maka Hou Yi
meloncat ke sungai untuk menyelamatkan Mi Fei.
Secara tidak disadari, Mi Fei merasa senang pada saat
ditolong oleh Hou Yi. “Kamu lebih baik pergi, karena jika suamiku melihatmu
maka kamu akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi. “Suamimu? Kamu
memiliki suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan. “Siapakah dia?” “Feng
Yi, Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa karena mendengar nama Feng
Yi yang memiliki reputasi buruk.
Dalam hati, Hou Yi sangat menyayangkan kenyataan bahwa
wanita cantik ini ternyata memiliki suami semacam Feng Yi. “Bagaimana kamu bisa
tertawa? Suamiku memiliki sifat yang buruk, dan dia pasti akan membunuhmu.”
“Maka apakah kamu adalah Dewi Lo?”, tanya Hou Yi. “Ya!” “Itu tidak apa-apa!
Jika Feng Yi memang bisa membunuhku, saya tidak akan keberatan selama saya bisa
bersama wanita cantik sepertimu”, kata Hou Yi.
“Namun saya meragukan kemampuan
Feng Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang mampu membunuh matahari di
langit”. Mi Fei melihat busur dan panah gaib yang ada dan menyadari siapakah
Hou Yi sebenarnya. Mungkin karena Mi Fei menyukai Hou Yi, atau karena Mi Fei
merasa kesepian sekian lama, maka Mi Fei tiba-tiba menangis di pundak Hou Yi.
Hou Yi juga melupakan sang istri di rumah.
Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei melupakan Feng Yi. Namun
percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari saat mereka sedang berbincang-bincang
dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki mereka. Dia sangat marah dan
mengubah diri menjadi seekor naga putih. Lalu mengamuk, menyapu semua kuda-kuda
dan menghancurkan ladang pertanian yang ada di sekitar sungai. Berpikir bahwa
naga itu adalah seekor naga yang jahat, Hou Yi mengambil busurnya dan
melepaskan sebuah panah. Mi Fei berusaha menghentikan Hou Yi, karena dia
mengetahui penyamaran suaminya, namun dia terlambat. Panah itu membutakan satu
mata Feng Yi, yang lalu melaporkan kejadian itu kepada Kaisar Langit.
Karena Hou Yi telah banyak melakukan perbuatan baik dan
menghadapai kenyataan bahwa sebenarnya Hou Yi sedang menjalani hukuman karena
membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya mengatakan agar Hou Yi
tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya yang bisa dilakukan
Hou Yi adalah pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak menyambut dengan gembira.
“Bagaimana bisa kamu pulang
kesini setelah apa yang kamu lakukan? Pulanglah kamu ke perempuan yang tidak
tahu malu itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, karena menyadari
bahwa dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak puas
dengan keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan Sungai dan
memerintahkan mereka membuat awan dan hujan selama satu bulan penuh.
Bencana ini menandingi bencana yang pernah ditimbulkan
sepuluh matahari. Semua binatang dan tanaman tenggelam, yang menyebabkan rakyat
kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan panahnya, memanggil
semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan ikan untuk memberi
makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak merasa senang dengan
memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin makan buah-buahan dan dia meminta
Hou Yi menunjukkan kegagahannya.
“Saya dahulu dapat mengambil
bintang untukmu”, kata Hou Yi, “namun sekarang kita adalah manusia dan seluruh
daerah dilanda banjir dan semuanya mati, dimana kamu mengharapkan saya bisa
mendapatkan buah-buahan?”
“Itu semua salahmu! Kenapa kamu
harus membunuh sembilan matahari itu? Seharusnya kamu sadar bahwa mereka adalah
anak dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kamu bisa juga bermesraan dengan Mi Fei
yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak Chang-E
sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah. “Baiklah, itu
semua salahku. Tenanglah. Marah akan membuat kamu cepat menjadi tua”, kata Hou
Yi dengan penuh kesabaran.
Mendengar kata “tua”, Chang-E tertegun dan melihat
bayangannya di air. Dan Chang-E terkejut menyaksikan kerut-kerut pada mukanya.
Dia menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang wajar pada manusia, dan kejadian
itu tidak dapat dihindarinya. Chang-E berteriak-teriak histeri. “Saya tidak
ingin berubah! Saya tidak ingin menjadi jelek! Saya ingin kembali ke surga!”
“Itu tidak mungkin”, kata Hou
Yi, “Kaisar Langit tidak mengijinkan kita kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya
tidak mau menjadi tua! Saya tidak mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara
agar saya tetap abadi dan cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”,
kata Hou Yi. Hou Yi kebingungan. Dimana dia bisa mendapatkan cara membuat seseorang
abadi dan tetap cantik?
Namun bila dia tidak mendapatkannya, itu akan berterusan
tanpa akhir. Maka dia pergi dan tidak berani pulang ke rumah. Hou Yi ingin
pergi ke tempat Mi Fei namun dia takut melanggar perintah Kaisar Langit, itu
membuat semangatnya semakin turun dari hari ke hari. Hou Yi menjadi pemabuk, dan
mulai menunjukkan sifat kasar.
Hou Yi mulai bersikap kasar kepada para murid dan anggota
sukunya. Dan itu membuat orang-orang tidak menyukai Hou Yi, terutama Feng Meng
dan seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng telah lama belajar memanah
dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi Hou Yi. Dia secara rahasia
menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak apa-apa karena dia takut akan
busur dan panah gaib yang dimiliki Hou Yi. Sedangkan Han Cho adalah seorang
tamak yang menginginkan menjadi ketua menggantikan Hou Yi, tentunya jika Hou Yi
dibinasakan. Maka mereka berdua merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan
Chang-E.
Mereka mengatakan kepada Hou Yi bahwa Ibu Raja yang tinggal
di puncak Gunung Kunlun memiliki ramuan yang dapat membuat seorang abadi dan
tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung Kunlun yang penuh dengan
bahaya, dimana akhirnya dia bisa menjumpai Ibu Raja. Karena pengorbanan yang
dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai puncak Gunung Kunlun, Ibu
Raja memberikan sebuah pil keabadian.
Seseorang yang memakan pil ini akan dapat ke surga, Ibu Raja
berkata kepada Hou Yi, namun jika dua orang membaginya, maka mereka berdua
dapat hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu tepat pada tanggal 15 bulan 8,
ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut. Hou Yi sangat gembira
mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk memberitahu Chang-E.
Mereka membagi pil tersebut menjadi dua dan akan memakannya
pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka berdua dapat menjadi abadi.
Saat itu adalah tanggal 12 bulan 8, tiga hari kemudian merupakan hari yang
ditunggu. Namun Hou Yi mendengar adanya “ramuan permata” di Gunung Tienshan
yang dapat membuat wanita semakin cantik.
Maka untuk membuat Chang-E bahagia dan menebus kesalahan
yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapatkan ramuan tersebut. Menurut
perhitungan Hou Yi, dia akan mendapatkan ramuan itu dan kembali ke rumah dalam
waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi kejutan kepada Chang-E, dia tidak
mengatakan apa-apa mengenai kepergiannya. Tiga hari berlalu dan Chang-E melihat
bahwa Hou Yi tidak akan kembali.
Dia bertanya kepada Feng Meng mengenai hal itu, dan Feng
Meng berkata bahwa dia tidak diperbolehkan untuk berkata apa-apa. Karena
ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya mengatakan bahwa, “Hou Yi
tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa tidak? Kemana dia pergi?”,
tanya Chang-E. “Saya tidak dapat mengatakannya. Hou Yi akan membunuh saya!”
“Tidak. Hou Yi tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu. Katakan saja”, desak
Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari Mi Fei”, bohong Feng Meng. Chang-E
tertegun. Betapa tidak tahu budi suaminya. Chang-E sangat marah mendengarkan
hal itu.
Dan saat bulan mulai muncul, Chang-E mengambil pil keabadian
yang telah diberikan oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju ke halaman dan
memandang ke langit. Dia mengenang semua kehidupan bahagia yang pernah
dinikmati di surga. Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada penderitaan,
dan tidak ada kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa enak hidup di
surga, pikir Chang-E. Sekarang Chang-E memiliki pil keabadian. Namun, apakah
Hou Yi akan pulang?
Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi berencana untuk memakan
pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya? Kebahagian di surga, dan
penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi dengan berbagai kemelut emosi.
Tiba-tiba, Chang-E mendengar suara derap tapak kuda, dan
menebak bahwa itu pasti suaminya pulang. Dengan penuh kebingungan, dia meminum
pil itu semuanya, dan saat itu juga dia merasa tubuhnya semakin ringan dan
mulai melayang di udara. “Chang-E! Chang-E!”, teriak Hou Yi sambil memegang
erat ramuan permata yang didapatkan dari Gunung Tienshan. Namun Chang-E tidak
menghiraukannya. Chang-E terus melayang semakin cepat dan cepat.
Dengan penuh kemarahan Hou Yi melempar ramuan permata dan
mengambil busur serta panah gaibnya, namun dia tidak berani untuk memanah.
Chang-E ingin pergi ke surga, namun dia malu kepara para Dewa-Dewi di surga
yang telah menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya. Maka dia menjadi takut
dan mengubah arah ke bulan yang dingin dan sepi.
Hou Yi menyaksikan semuanya dari bumi, dan berpikir bahwa
dia dapat memanah jatuh bulan. Dia dapat melakukan hal itu, namun dia tidak
berani menghadapi kenyataan bahwa dia akan membunuh istrinya yang tersayang.
Maka, dengan penuh kemarahan, dia mematahkan busur dan panah gaibnya. Kenapa
harus tetap memiliknya, jika dia ternyata tetap tidak dapat menolong istrinya?
Feng Meng dan Han Cho melihat semua kejadian dari tempat
tersembunyi, dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih. Dengan satu perintah,
dua orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi dan akan membunuh Hou
Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi tetap tidak dapat
dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh murid-murid beserta
pengikut yang telah mengkhianatinya.
Dan kemudian Hou Yi bimbang karena hidup sendiri di bumi,
sedangkan istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi dewi Bulan yang konon
tinggal hanya dengan seekor kelinci pemberian dari dewi-dewi di surga. Setiap
malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia berpikir istrinya juga
merindukannya, maka dia setia menunggu Chang`E menengoknya turun ke bumi.
Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin tua. Setiap malam Hou
Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan makanan kesukaan istrinya
Kue Bulan karena dia selalu berharap istrinya akan turun kembali menemuinya di
bumi. Namun ternyata hal itu tak dapat terwujud hingga akhir usia Hou Yi.
Kaisar Langit yang melihat kehidupan Hou Yi yang kesepian
lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi meninggal, Hou Yi diangkat oleh
Kaisar Langit dan dijadikan Dewa Matahari. Kini setiap tanggal 15 bulan 8
penanggalan Imlek, ketika bulan menunjukkan keindahan secara penuh, orang
Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan ini
dikenal sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan
Bulan